Kamis, 20 Oktober 2016

Asal Usul Tari Guel (Aceh)



                                 gajah

Tari guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di Aceh. Guel berarti membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah panjang dan unik. Para peneliti dan koreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya sekedar tari. Dia merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu sendiri.

Konon, tari Guel berasal daru dua orang putera Sultan Johor, Malaysia, bernama Muria dan adiknya yang bernama Segenda. Alkisah, pada suatu hari kedua kakak-beradik itu disuruh oleh orang tuanya menggembala itik di tepi laut. Sambil menggembala, untuk mengisi kebosanan, mereka bermain layang-layang. Suatu saat, datanglah angin kencang yang membuat layang-layang mereka putus. Sekuat tenaga mereka mengejar layang-layang ter­sebut. Mere­ka lupa bahwa pada saat itu me­reka sedang menggembala itik, hingga itiknya pun pergi entah ke mana.

Setelah gagal menemukan layang-layang mereka, barulah mereka teringat akan itik-itik mereka. Tetapi malang, itik-itik itu tak lagi nampak. Mereka pun pulang dengan ketakutan akan mendapat marah dari orangtua mereka.

Benar juga apa yang mereka pikir­kan. Setiba di rumah, mereka dimarahi ayah mereka. Mereka juga disuruh mencari itik-itik itu, dan tak diizinkan kembali sebelum itik-itik yang hilang itu ditemukan kembali.

Berhari-hari bahkan berbulan-bulan mereka berjalan mencari itik mereka, tapi tak membawa hasil hingga akhirnya mere­ka tiba di Kampung Serule. Dengan tubuh yang lunglai mereka menuju ke sebuah meunasah/langgar dan tertidur lelap. Pagi hari­­nya mereka ditemukan oleh orang kam­pung dan dibawa menghadap ke istana Raja Serule. Di luar dugaan, mereka malah di­angkat anak oleh baginda raja.

Beberapa waktu berlalu, rakyat Seru­le hidup makmur, aman, dan sentosa. Hal ini di­karenakan oleh kesaktian kedua anak tersebut. Kemakmuran rakyat Serule itu mem­­buat Raja Linge iri dan gusar, se­hing­ga meng­­ancam akan membunuh kedua anak ter­sebut. Malang bagi Muria, ia ber­hasil di­­bunuh dan di­makamkan di tepi Sungai Samarkilang, Aceh Tenggara.

Pada suatu saat, raja-raja kecil ber­kumpul di istana Sultan Aceh di Kutaraja. Raja-raja kecil itu mempersembahkan cap usur, semacam upeti kepada Sultan Aceh. Saat itu, Cik Serule datang bersama Sangede. Saat itu, Raja Linge juga hadir. Saat Raja Serule masuk ke istana, Sangede menung­gu di halaman istana.

Sambil menunggu ayah angkatnya, Sa­­ngede menggambar seekor gajah yang ber­warna putih. Rupanya lukisan Sangede ini menarik perhatian Putri Sultan yang ke­mu­di­an meminta Sultan mencarikan se­ekor ga­jah putih seperti yang digambar oleh Sangede.

Sangede kemudian menceritakan bah­wa gajah putih itu berada di daerah Gayo, pa­dahal dia sebenarnya belum per­nah me­­­­lihatnya. Maka, saat itu juga Sultan me­me­rintahkan Raja Serule dan Raja Linge untuk menangkap gajah putih tersebut gu­na dipersembahkan kepada Sultan. Raja Se­ru­le dan Raja Linge benar-benar kebi­ngu­ng­­an, bagaimana mungkin mencari se­suatu yang belum pernah dilihatnya.

Sangede menyesal karena bercerita bahwa gajah putih itu ada di Gayo hingga ayah angkatnya mendapat tugas mencari­nya. Dalam kebingungan itu, suatu malam Sangede bermimpi bertemu dengan Muria yang memberitahu bahwa gajah putih itu berada di Samarkilang, dan sebenarnya ga­jah putih itu adalah dirinya yang menjel­ma saat dibunuh oleh Raja Linge.

Pagi harinya, Sangede dan Raja Seru­le yang bergelar Muyang Kaya pergi ke Sa­mar­kilang seperti perintah dalam mimpi Sangede. Benar juga, setelah beberapa sa­­at mencari, mereka berdua menemukan ga­­jah putih itu sedang berkubang di ping­gir­­an sungai.

Sangede dan Raja Serule Muyang Kaya kemudian dengan hati-hati mengena­kan tali di tubuh gajah yang nampak pe­nurut itu. Tetapi saat akan dihela, gajah pu­tih itu lari sekuat tenaga. Raja Serule dan Sa­­ngede tak mampu menahannya. Mereka ha­nya bisa mengejarnya hingga suatu saat ga­j­ah itu berhenti di dekat kuburan Muria di Samarkilang.

Anehnya, gajah putih itu berhenti se­perti sebongkah batu. Tak bergerak sedikit pun meski Sangede dan Raja Serule men­coba menghelanya. Berbagai cara dicoba oleh Sangede agar gajah putih itu mau beranjak dan menuruti perintahnya untuk diajak pergi ke istana Kutaraja. Tetapi, se­mua­nya sia-sia.

Sangede kehabisan akal. Akhirnya, dia bernyanyi-nyanyi untuk menarik perhatian gajah putih. Sambil bernyanyi, Sangede meliuk-liukkan tubuhnya. Raja Serule ikut-ikutan menari bersama Sangede di depan gajah putih agar mau bangkit dan menuruti perintahnya. Di luar dugaan, gajah putih itu ter­tarik juga oleh gerakan-gerakan Sa­nge­­de, dan kemudian bangkit. Sangede te­rus menari sambil berjalan agar gajah itu meng­ikuti langkahnya. Akhirnya, gajah itu pun meng­ikuti Sangede yang terus menari hingga ke istana. Tarian itu disebutnya tari­an Guel hingga sekarang.

Sangede menyadari bahwa sesuatu ajakan kepada seseorang atau kepada binatang tidaklah harus dengan cara yang kasar. Dengan sebuah tarian pun akhirnya gajah putih itu menuruti ajakannya.

Gerakan-gerakan tubuh yang dilakukan oleh Raja Cik Serule dan Segenda itu akhirnya menjadi vikal bakal tari ugel yang menjadi tari tradisional khas rakyat Gayo.


Rabu, 19 Oktober 2016

Kisah Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)

Sunan Kudus mempunyai nama kecil bernama Ja’far Shadiq yang merupakan anak dari Sunan Ngudung dari Jipan Panolan. Ja’far Shadiq merupakan senopati Demak yang sebelumnya di jabat oleh ayahnya sendiri. Beliau belajar mengenai ajaran agama Islam dari ayahnya sendiri dan juga dengan beberapa ulama terkenal yaitu Ki Ageng Ngerang, Sunan Ampel, dan Kyai Telingsing. Kyai Telingsing ini merupakan ulama

Cerita Dongeng KANCIL dan GAJAH yang takut TIKUS| Dongeng Anak Terbaru



Cerita Dongeng Kancil dan Gajah yang takut Tikus – Pada suatu hari, si Kancil berniatberkunjung
ke kediaman si tikus sahabat lamanya. Pagi-pagi sekali si Kancil sudah mulai
berangkat dari rumah, agar dia tak terlalu siang tiba di rumah si Tikus. Si Tikus
tinggal di sebuah kawasan kecil di pinggir hutan, tempat itu sangat indah
karena terdapat sebuah danau kecil di tempat itu. Si Tikus tinggal

Rabu, 12 Oktober 2016

Kisah Sunan Drajat (Raden Qosim)



Sunan Drajat

Sunan Drajat memiliki nama kecil bernama Raden Qosim, lahir sekitar tahun 1470 Masehi. Beliau merupakan adik kandung dari Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim) dan merupakan anak dari Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan juga Dewi Condrowati. Karena ayahnya seorang wali dan kakaknya juga seorang wali, maka pengetahuan tentang Islam yang dimiliki oleh Sunan Drajat ini sudah tidak bisa diragukan

Cerita Legenda Bawang Merah dan Bawang Putih Dongeng Singkat



bawang merah dan bawang putih sumber gambar kompasiana.com

Legenda Bawang Merah dan Bawang - Dahulu kala, ada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Mereka memiliki seorang puteri yang diberi nama bawang putih. Namun pada suatu hari, ibu bawang putih jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Setelah kejadian itu, bawang putih hidup sendiri dengan ayahnya. Ayah bawang putih adalah seorang pedagang yang

Rabu, 05 Oktober 2016

Kisah Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Sunan Bonang mempunyai nama asli Syekh Maulana Makhdum Ibrahim yang merupakan putra dari Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Dewi Condrowati atau biasa disebut dengan Nyai Ageng Manila. Karena Sunan Bonang merupakan anak dari wali yang menjadi pemimpin agama Islam di tanah jawa dan disegani dengan ilmu yang dimilikinya, maka sejak kecil Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim) ini telah dididik dengan ajaran

Selasa, 04 Oktober 2016

Kisah Sunan Ampel (Raden Rahmat)



Sunan Ampel

Sunan Ampel mempunyai nama asli yaitu Raden Rahmat dan merupakan keturunan dari Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan Dewi Condro Wulan. Sunan Ampel ini juga dianggap sesepuh dari para wali. Beliau menikah sebanyak dua kali. Yang pertama menikah dengan Dewi Condrowati yang mempunyai gelar Nyai Ageng Manila dan dikaruniai anak bernama Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim), Siti Syari’ah, Sunan

Senin, 03 Oktober 2016

Legenda Danau Toba dan Asal Usul Terjadinya



Legenda danau toba, sumber gambar youtube +Riding Java 

Legenda Danau Toba – Kisah kali ini mempunyai cerita tentang asal usul terjadinya danau toba. Dahulu kala, di daerah yang sekarang disebut Sumatera Utara hiduplah seorang pemuda bernama Toba. Pemuda ini hidup sebatang kara dan cukup miskin. Setiap hari dia bertani untuk memenuhi kebutuhanya. Dan ketika dia memiliki waktu senggang, dia

Dongeng dua tikus yang bersahabat

Tikus Hitam dan Tikus Putih sudah bersahabat sejak keciI.Tapi, kehidupan mereka sangat berbeda.Tikus Putih hidup mewah, karena ia menumpang ...