"oh tunggu...." aku terkejut mungkinkah benda ini yang membuat tanaman padiku bergerak-gerak "jangan-jangan memang ia". "inikan.... inikan...." baca cerita sebelumnya Namaku Bogie (ep. 1 Aku tinggal di desa)
"inikan lampu sentir, kenapa ada di sini?" aku bertanya tanya. " tapi apakah lampu sentir ini yang menggerak-gerakkan tanaman padiku".
Akhirnya aku mengambil lampu sentir tersebut, kulihati lampu ini sangat unik sekali kesan lampu antik ada padanya, ada sebuah tulisan berkalimatkan
Man Jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, - Man shobaro zafiro, siapa yang bersabar akan beruntung dan - Man saaro 'alaa darbi washola, siapa yang berjalan di jalurnya akan sampai.Tulisan tersebut mengelilingi lingkar atas dari tabung minyak tanah lampu tersebut. "Rasanya aku pernah mendengar kalimat ini" gumamku. "tapi dimana ya". Sejenak aku mencoba mengingatnya. Oh iya aku pernah mendengar kalimat ini dari bapak, waktu itu aku sulit sekali mencerna pelajaran dan bapak memberiku nasihat tersebut yang katanya dulu juga bapak mendapat nasehat tersebut dari kakek. Banyak sekali hikmah yang bisa diambil dari kata-kata tersebut.
Saya ingat waktu itu setelah aku menceritakan kesukaranku dalam mencerna pelajaran, dirumah kami bapak menaruh batu besar didepan rumah. Batu itu terlihat begitu kokoh besar dan padat. Kami bertanya "Buat apa pak, bapak menaruh batu besar itu di depan rumah?". "Iya nak, bapak ingin memberi kalian ajaran yang bapak terima dari kakek dulu" jawab bapak. "Apa itu pak ?" kami bertanya. "Tahun depan akan bapak sampaikan kepada kalian" jawab bapak.
Mungkin dalam hati kami, saya dan kedua adik saya, bertanya-tanya kenapa harus tahun depan. Belum sempat kami mempertanyakannya bapakpun berkata "kadang kita butuh waktu untuk melihat sebuah jawaban, itulah yang dinamakan proses". walaupun kami belum mengerti betul tapi kami mencoba untuk pura-pura paham dan menganggukkan kepala.
Detik berganti detik, menit pun silih berganti, hari-hari pun terus berganti, bulan-bulan juga terus berganti kami melihat perubahan terjadi pada batu tersebut. Batu tersebut sedikit berlubang dan makin lama makin dalam dan besar. Tibalah waktunya bapak memberikan penjelasan tentang hal tersebut. Waktu itu hari minggu sekitar jam 10 pagi kami dikumpulkan di bale bale rumah kami, duduk bersila ditemani dengan makanan singkong yang baru saja di godok oleh Ibu, disertai dengan angin sepoi-sepoi, gemericiknya air sungai, siulan burung-burung dan nyanyian dari pohon bambu, ahh... alangkah indahnya waktu itu.
"Hari ini tibalah bapak ceritakan makna dari batu yang bapak taruh di depan rumah kita ini" bapak membuka pembicaraan sambil melihat ke arah batu besar di depan rumah kami. Ibu, saya dan kedua adik saya memperhatikan dengan seksama. "Lihatlah batu yang besar padat keras tersebut, dengan tetesan air yang selalu menetesinya mengarah ke satu titik lama kelamaan batu itu akan berlubang juga. Begitu pula pelajaran yang kalian rasa sulit jika kalian ulang-ulangi terus bersabar dan fokus maka pelajaran itu akan kalian kuasai juga. Itulah makna dari batu keras padat yang sudah berlubang tersebut".
Akhirnya kami mendapatkan penjelasan yang juga membuka cakrawala berfikir kami. Terimakasih bapak, terimakasih atas ajaranmu. kemudian diakhir penjelasan ini bapak berkata sebuah kata yang kini aku lihat juga di lampu sentir yang aku pegang sekarang ini
"Man Jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, - Man shobaro zafiro, siapa yang bersabar akan beruntung dan - Man saaro 'alaa darbi washola, siapa yang berjalan di jalurnya akan sampai." kata bapak ajaran ini juga didapatnya dari kakek. Kata bapak dulu kakek pernah mondok di daerah jawa timur sana yang memberikan banyak sekali nilai kehidupan. Mungkin saja kakek mendapat kalimat itu dari pondok tersebut.
"Tapi apakah lampu sentir ini milik kakek?, dan apakah lampu sentir ini yang membuat tanaman padiku bergerak-gerak? Tapi bagaimana bisa?
saksikan si bogie episode 3
lihat juga cerita sebelumnya Namaku Bogie (ep. 1 Aku tinggal di desa)
lihat 100 cerita anak