Jumat, 13 Juli 2018

Seratus Satu Butir Telur

Suatu hari, keluarga tupai sedang berkumpul di atas meja makan. Saat itu musim dingin, sehingga tupai tidak bisa keluar dari rumah. Mereka mengurung diri di rumah dan memakan persediaan makanan yang sudah disiapkan sebelum musim dingin tiba. Namun, malam ini, persediaan makanan mereka tinggal satu butir telur.





“Kita tinggal memiliki satu butir telur. Itu tidak akan cukup untuk kita berempat,” kata Ibu Tupai. 
“Tidak apa, Ibu. Kita bisa membaginya untuk berempat.” Jawab Ayah Tupai.

“Aku lapar sekali, Ibu. Masakkan saja satu telur itu,” kata Anak Tupai.
Mendengar itu, Ibu Tupai dengan sedih mengambil satu telur persediaan terakhir mereka. Ia ingin menggoreng telur itu. Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu rumah mereka. Ayah Tupai bergegeas membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah seekor Kelinci.

“Ada apa, Kelinci?” kata Ayah Tupai.
“Aku ingin meminta bantuamu. Anakku sakit karena sudah tidak makan selama dua hari, sedangkan kami sudah tidak punya persediaan makanan lagi. Bolehkah aku minta satu saja telurmu untuk anakku yang sakit?” mohon Kelinci.

Ayah Tupai merasa kasihan kepada Kelinci. Ia perdi ke dapur dan berbicara kepada istrinya. Untungnya, Ibu Tupai belum memasak sebutir telur itu. Dengan ikhlas, Ayah Tupai memberikan satu telur terakhir itu kepada Kelinci.

“Berikanlah telur ini kepada anakmu. Aku berdoa semoga ia cepat sembuh,” kata Ayah Tupai.
“Terima kasih banyak, semoga kau selalu diberikan kebaikan dalam hidupmu,” jawab Kelinci, lalu berlari pulang.

Melihat perbuatan Ayah Tupai, kedua anak Tupai memarahinya. “Ayah, kenapa Ayah memberikan satu telur kita kepada Kelinci? Aku sangat lapar.”
“Bersabarlah. Kelinci lebih membutuhkan telur itu daripada kita. Ayah akan berusaha keluar dan mencari makanan,” kata Ayah Tupai.

Tiba-tiba, Ibu Tupai menjerit dari dapur. “Ayah, lihat! Kita punya telur yang sangat banyak!”
Ayah Tupai dan kedua anaknya segera ke dapur. Alangkah kagetnya mereka saat melihat ada banyak sekali telur disana.

“Dari mana datangnya telur-telur ini?” tanya Ayah Tupai. Ibu Tupai menggeleng tidak tahu.
Sebuah suara tiba-tiba terdengar. “Karena keikhlasan dan perolongan kalian membantu Kelinci, aku ganti sebutir telur kalian dengan seratus satu telur.”

Keluarga Tupai pun mengucapkan terima kasih dan bersyukur bahagia. Mereka bisa makan dengan kenyang malam itu.

Nasihat :Bantulah orang disekitarmu yang sedang kesusahan. Alangkah baiknya hidup jika dapat berguna untuk orang lain.

Kamis, 12 Juli 2018

Aisyah yang Memuliakan Tamunya

Ada seorang Putri bernama Aisyah. Ia adalah seorang istri yang taat dan setia kepada suaminya. Ia juga selalu mendengarkan perkataan suaminya. Namun, suatu hari, suaminya pulang dengan tangan kosong. Ia tidak membawa apa-apa, sehingga Aisyah tidak bisa membeli belanjaan ke warung untuk memasak. Padahal, mereka belum makan saat itu. Mereka hanya memiliki dua butir telur dan dua cangkir nasi. Aisyah pun memasaknya dan berharap agar itu cukup untuk makan siang. Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu rumah mereka.




“Siapa?” tanya Aisyah.
“Aku adalah Ilman, sahabat suamimu,” kata tamu itu. Aisyah segera memanggil suaminya dan mempersilahkan tamu itu masuk ke rumah. Kebetulan juga, ia sudah selesai memasak. Mereka pun berbincang lama, hingga suaminya bertanya kepada temannya ini.

“Apakah kamu sudah makan?” tanya sang suami.
“Belum,” jawab Ilman dengan jujur.
“Marilah makan siang bersama kami. Kebetulan istriku sudah selesai memasak,” ajak sang suami.
Aisyah menjadi cemas. Ia hanya mempersiapkan nasi dan dua telur seadanya. Sang suami dan Ilman pun masuk ke dapur. Aisyah pun segera berbohong pada suaminya saat diajak makan oleh sang suami. “Aku sudah makan. Kalian berdua makanlah.”

Setelah mendengar jawaban Aisyah, sang suami dan Ilman segera makan. Aisyah tidak mau mengecewakan tamu suaminya. Ditahannya rasa lapar dan berpura-pura sudak makan.
Malam hari, perut Aiysah sakit. Ia kelaparan. Suaminya heran melihat Aisyah. Akhirnya, Aisyah menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada suaminya.

“Begitu mulia hatimu, Aisyah.” Kata sang suami kagum. Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu rumah mereka.
“Kami baru hajatan, Pak. Ini ada nasi, lauk, juga buah dari kami. Terima lah,” kata si pengetuk itu, yang ternyata tetangganya. Sang suami langsung tersenyum dan berterima kasih. Setelah tamu tetangganya pergi, ia langsung menjumpai istrinya.

“Ini adalah rezeki Tuhan untukmu. Kau tidak bisa makan nasi dan telur itu tadi siang, namun Tuhan memberikan makanan dan buah yang lebih lezat ini untukmu,” kata sang suami.

Nasihat :Perlakukanlah tamu yang datang kerumah kita dengan baik. Alangkah baiknya jika kita memuliakan tamu.

Rabu, 11 Juli 2018

Sepotong Roti yang Membawa Rezeki

Kemarau panjang melanda. Panen padi para petani pun gagal. Pohon-pohon tidak menghasilkan buah, sumber air juga mengering. Karena kondisi itu, masyarakat lebih banyak mengurung diri di rumah. Mereka hanya punya persediaan makanan seadanya. Melihat keadaan desa tersebut, sang Raja memberikan bantuan berupa air dan roti. Air dan roti itu dijatah sesuai jumlah anggota keluarga.




Suatu hari, seorang pengembara datang ke desa itu. Ia merasa kelaparan dan kehausan. Ia lalu mencari warung untuk membeli makanan dan air. Namun, di desa itu tidak ada satu pun warung buka. Karena sudah tidak bisa menahan lapar dan haus, ia mengetuk salah satu pintu rumah.

“Ada apa kau datang kemari, orang asing?” tanya pemilik rumah.
“Saya adalah pengembara. Saya ingin beristirahat untuk sekedar makan dan minum. Tapi, tampaknya tidak ada yang berjualan. Sudikah kiranya engkau membantu saya memberi sedikit makanan dan minuman,” mohon pengembara itu.

Pemilik rumah bimbang. Sebenarnya ia juga belum makan. Jika ia memberikan roti dan airnya kepada pemuda ini, ia tidak punya jatah makanan lagi. Namun, ia lebih kasihan kepada pengembara kelelahan tersebut. Segera ia berikan sepotong roti dan segelas air kepadanya.

“Makanlah. Hanya itu yang aku punya,” kata pemilik rumah itu.
“Terima kasih,” jawab pengembara tersebut, lalu makan dengan cepat. Setelah itu, pengembara tersebut pergi.
Beberapa hari kemudian, si pengembara datang lagi. Kali ini, ia datang sambil membawa banyak makanan dan minuman. Bawaan itu dinaikkan ke seekor unta. Ia kembali mengetuk pintu rumah yang dulu diketuknya.

“Saya kesini untuk memberikan semua persediaan makanan dan minuman ini. Saya mendapatkannya di kampung sebelah. Mohon terimalah,” kata si pengembara.
Pemilik rumah itu pun bersyukur dan berterima kasih kepada si pengembara. Sepotong roti yang diberinya telah menjelma menjadi setumpuk makanan dan minuman.

Nasihat :Alangkah indahnya jika kita bisa membantu orang lain yang berada dalam kesulitan.

Selasa, 10 Juli 2018

Kurcaci Pekerja Keras


Dahulu kala, hiduplah kawanan kurcaci disuatu hutan. Pekerjaan mereka sehari-hari adalah bertambang dan menempa perhiasan. Mereka lalu menjual hasil tempaannya ke kota. Para kurcaci ini adalah pekerja keras. Suatu hari, seorang manusia datang menghampiri mereka.



“Aku ingin membeli seratus perhiasan, tapi kalian harus mengerjakannya dalam waktu sebulan,” kata manusia itu.

Para kurcaci segera berunding untuk membahas tawaran manusia tersebut. Selama ini, kurcaci hanya bisa menyelesaikan dua perhiasan dalam satu hari. Jika mereka harus menyelesaikan seratus perhiasan dalam sebulan, itu artinya harus bekerja keras siang dan malam. Setelah menimbang berbagai untung ruginya, mereka setuju mengambil pekerjaan tersebut. Para kurcaci segera bekerja keras siang dan malam.

Akhirnya tepat sebulan, si orang kaya itu datang lagi. “Apakah kalian sudah menyelesaikan pesananku?”

“Tentu saja. Kami sudah menyiapkan seratus perhiasan,” kata salah satu kurcaci.

“Bagus,” kata orang kaya itu, lalu memberikan koper berisi uang. “Kalian memang para kurcaci pekerja keras. Lain kali, aku akan datang kembali kemari untuk memesan perhiasan lagi.”



Nasihat :
Tidak ada sesuatu yang mustahil untuk dikerjakan. Percayalah pada kemampuan diri sendiri.



Senin, 09 Juli 2018

Cerita dari Istana Kurcaci

Mundus adalah Kurcaci yang baik hati. Setelah mendapat banyak buah, Mundus membawa sekantong buah itu ke istana para kurcaci. Erasmus, kurcaci jahat, memperhatikannya sedari tadi. Ia berencana mencuri sekantong buah milik Mundus.




Mundus yang kelelahan selama perjalanan memutuskan beristirahat di bawah pohon rindang. Ia tertidur. Saat itulah Erasmus mencuri kantong buah Mundus. Erasmus berlari cepat ke istana. Saat Mundus bangun, ia tak menemukan kantong buahnya. Ia sangat sedih dan kesal.

“Hei, Mundus, kenapa kau tidak membawa apa-apa dari hutan?” ejek Erasmus saat melihat Mundus datang tanpa membawa apa-apa.
“Aku tadi membawa sekantong buah. Namun saat tertidur, seseorang mencuri kantong buahku,” kata Mundus polos.

“Hahaha! Lihatlah aku. Aku mendapat buah sangat banyak,” kata Erasmus sombong.
Peri hutan yang mendengar ucapan Erasmus segera mengubah isi kantong buah curian itu menjadi buah-buahan yang busuk dan berulat.

“Mari kita buka di tengah lapangan. Aku sudah mengumpulkan semua kurcaci. Mereka sangat senang kepadaku,” kata Erasmus dengan sombongnya.

Para kurcaci sudah tidak sabar melahap buah-buahan segar itu. Namun, ketika Erasmus membuka kantong buahnya, semua kurcaci sontak menutup hidung. Ternyata buah-buahanya sudah membusuk dan berulat. Mereka pun marah kepada Erasmus karena merasa dibohongi.

Nasihat :Mencuri dan mengambil milik orang lain itu perbuatan yang tidak bagus. Jika ingin punya seperti orang lain, berusahalah sendiri.

Minggu, 08 Juli 2018

Kisah Kucing yang Mandiri

Suatu hari, seekor Kucing hamil dan beristirahat di pinggir rumah. Saat itu, seekor bebek lewat dan menyapa. “Hai, Kucing, apa yang sedang kau lakukan?”
“Aku sedang merasakan sakit dalam perutku. Kurasa tidak lama lagi aku akan melahirkan,” jawab Kucing.
“Oh, benarkah? Apa yang bisa kulakukan untukmu?” tanya Bebek.





“Tidak perlu, Bebek. Aku biasanya mengurus persalinanku sendiri,” jawab Kucing.
Ternyata si Kucing benar. Tak berapa lama, Kucing melahirkan anak-anaknya. Bayi-bayi kucing yang merahpun menangis dan meronta-ronta. Bebek sangat senang melihatnya. Setelah melahirkan, ia menjilati dan membersihkan anak-anaknya.

Bebek terkesima dengan apaa yang dilakukan Kucing. Kucing terlihat sangat mandiri. Kucing bisa mengurus dirinya sendiri. Bayi-bayinya pun terlihat bersih.

Nasihat :

Jadilah anak mandiri dan jangan suka menyusahkan orang lain.

Sabtu, 07 Juli 2018

Kesabaran Lebah Madu

Seekor Merpati di dahan pohon. Ia melihat sekelompok lebah sedang membawa madu.
“Apakah kalian ingin membuat sarang di pohon ini?” tanya Merpati.

“Iya, kami akan membuat sarang disini,” jawab Lebah Madu.
“Apakah kalian tidak takut? Disini kan dekat dengan perumahan manusia. Suatu hari nanti, mereka bisa saja mengambil madu kalian dan menghancurkan sarang kalian,” kata Merpati.




“Sebetulnya kami takut, Merpati. Tapi, kami merasa pohon ini sangat cocok untuk menjadi sarang kami. Jika suatu hari nanti manusia datang, kami hanya bisa pasrah. Semoga madu yang mereka ambil dari kami berguna untuk mereka,” jawab Lebah Madu. Merpati pun mengerti dan kagum pada kesabaran Lebah Madu.

Beberapa bulan setelahnya, sarang Lebah Madu telah membesar. Di dalamnya ada banyak sekali madu. Saat itu lah seseorang mendatangi sarang Lebah Madu. Dia membakar kayu di bawah pohon, sehingga para Lebah Madu pusing. Para lebah berlarian meninggalkan sarangnya. Ternyata orang itu mengambil madu para Lebah.

“Jangan bersedih. Berbahagialah, karena madu kita justru berguna bagi mereka. Mari kita membangun sarang lagi di tempat yang lain,” kata Lebah Madu.

Nasihat :Berbahagialah jika kita masih berguna bagi orang lain. 

Jumat, 06 Juli 2018

Ketabahan Putri Aisyah

Disuatu rumah, hiduplah tiga orang putri. Namanya adalah putri Siti, putri Ranum, dan putri Aisyah. Putri Siti dan putri Ranum adalah putri yang cerewet dan suka mengatur. Mereka adalah kakak-kakak dari putri Aisyah.




Putri Aisyah adalah yang terkecil. Setiap hari, pekerjaannya membereskan rumah. Mulai mencuci, memasak, menggosok, menyapu, dan mengepel, semua dikerjakan putri Aisyah.

“Aisyah cepat cucikan bajuku ini. Sore ini bajuku harus kering karena akan kupakai untuk makan malam bersama temanku,” kata putri Siti.
“Bajuku yang ini juga tolong cucikan, ya. Aku mau memakainya untuk pergi malam ini.” Putri Ranum menimpal.

“Baiklah,” kata Putri Aisyah. Ia pun pergi ke sungai untuk mencuci baju. Disaat sedang mencuci, tiba-tiba seekor buaya mendekat. Ia pun terkejut dan ketakutan.

“Jangan takut, putri Aisyah. Aku tidak akan menyakitimu,” kata si Buaya.
“Siapa kau?” tanya putri Aisyah gemetaran.
“Aku adalah buaya penghuni sungai ini. Aku tahu bagaimana kau diperlakukan oleh kedua kakakmu selama ini. Aku ingin membantumu,” kata si Buaya itu.

Mendengar itu, putri Aisyah tidak takut lagi.
“Ambillah ini. Setiap mereka menyuruhmu melakukan pekerjaan rumah, tiuplah kerang ini. Seorang peri akan ke luar dari karang itu. Peri itu akan membantumu melakukan semua pekerjaan itu,” kata Buaya.

“Terima kasih atas kebaikanmu, Buaya,” kata putri Aisyah. Setelah menerima kerang itu, ia pulang. Disana, kedua kakaknya sudah menunggu dengan wajah masam.

“Kenapa lama sekali?” tanya putri Siti.
“Maaf, Kak.”  Putri Aisyah hanya bisa meminya maaf.
“sudah cepat, gosokan baju dan cucikan piring kotor!” perintah putri Siti.
Putri Aisyah pun pergi ke dapur. Ia mengambil kerang dari sakunya, lalu ditiup. Keluarlah seorang peri yang sangat cantik.

“Apa yang bisa kulakukan untukmu?” kata peri itu. Putri Aisyah terkejut, namun sangat senang.
“Bantulah aku menyelesaikan ini semua,” kata putri Aisyah.

“Tidak usah khawatir. Aku akan menyelesaikannya,” kata peri itu, lalu mengayunkan tongkatnya. Semua piring berubah menjadi bersih. Baju kusut juga dengan cepat terlipat dan tergosok sendiri. Putri Aisyah tersenyum puas.

“Terima kasih, Peri.” Kata putri Aisyah.
Tak lupa, sang peri juga menyadarkan kedua kakaknya. Kedua kakaknya pun sadar akan kesalahannya selama ini. Mereka segera minta maaf kepada putri Aisyah.

Nasihat :Jika bisa dikerjakan sendiri, kerjakan. Hasilnya tentu akan lebih memuaskan karena dikerjakan sendiri.

Kamis, 05 Juli 2018

Cerita Kucing, Tikus, dan Beruang

Dahulu, Kucing dan Tikus selalu saja bertengkar. Kucing selalu ingin menangkap Tikus. Jadinya, Tikus sangat takut kepada Kucing. Sekarang, Kucing dan Tikus berteman. Mereka sudah berjanji untuk bersahabat sejak kejadian Tikus menolong Kucing. Begini ceritanya.




Suatu hari, seekor Kucing berhasil menangkap Ikan di sungai. Ia ingin membawa pulang ikan itu. Tiba-tiba, Beruang datang. “Berikan kepadaku ikan yang kau tangkap!”

“Tidak, aku yang menangkap ikan ini. Ikan ini milikku,” kata Kucing. Mendengar jawaban Kucing, Beruang marah.

“Jika tidak kau berikan, kau yang akan kumakan,” kata Beruang.

Melihat tubuh beruang yang lebih besar dan tinggi, Kucing ketakutan. Walaupun Kucing adalah musuhnya, Tikus tidak tega melihatnya. Dengan cepat, si Tikus berlari dan memanggil Singa si Raja Hutan.

“Apa yang kalian permasalahkan disini?” tanya Singa.
“Aku mendapatkan ikan, namun Beruang ingin merampasnya,” jelas Kucing.

Singa mengangguk mengerti. “Kau tidak boleh begitu, Beruang. Ikan itu milik Kucing. Kau tidak boleh mengambil hak miliknya dengan cara mengancamnya. Sekarang pergilah, jangan ganggu Kucing lagi.”

Setelah meminta maaf, Beruang pergi. Kucing berterima kasih kepada Tikus karena telah membantunya. Ia juga berterima kasih atas perlakuan bijak Singa.

Nasihat :Jagalah dan hargailah hak milik orang lain. Merebut hak orang lain adalah tindakan yang tercela.

Rabu, 04 Juli 2018

Laba-Laba yang Disiplin

Seekor Laba-laba terlihat sedang membuat rumah. Ia pun memintal satu persatu benang yang dijalinnya menjadi rumah. Ia mengerjakannya dengan serius dan hati-hati, juga dengan kedisiplinan yang tinggi. Saat itu, cecak lewat dan memperhatikannya.





“Apa yang kamu lakukan, Laba-laba?” tanya Cicak.
“Aku sedang membangun rumahku,” jawab Laba-laba.
“Apa kamu bisa membangunnya sendirian? Apa kamu perlu bantuan?” tawar Cicak.
“Aku bisa membangunnya sendiri. Terima kasih,” jawab Laba-laba.

Setelah sarangnya selesai, Laba-laba puas memandang rumah barunya. Laba-laba mengerjakan rumahnya dengan kerja keras dan disiplin. Ia pun puas dengan hasil kerjanya. Sarang inilah yang akan ditempatinya untuk tidur dan juga menangkap mangsa.

Nasihat :Jadilah anak yang suka kerja keras dan disiplin. Segala yang kamu kerjakan dengan kerja keras dan disiplin tentu hasilnya akan memuaskan.

Selasa, 03 Juli 2018

Saudagar Kaya yang Pelit

Dahulu kala, ada seorang saudagar kaya yang sangat pelit. Kekayaannya tersebar dimana-mana. Rumahnya besar dan hartanya banyak. Namun, ia sangat pelit. Ia tidak mau membantu orang yang sulit dan tidak pernah bersedekah.




Pekerjaannya sehari-hari adalah berdagang perabot rumah tangga. Ia sering berbelanja ke kota dan di jual di kampungnya. Karena pelit, tidak ada seorang pun yang suka padanya.

Suatu hari, ia pergi ke kota untuk belanaj perabot. Ia pun meninggalkan rumahnya dan menguncinya rapat. Ternyata, ia lupa mematikan sekring listriknya. Saat di kota, seseorang menelponnya. Ia sangat terkejut dan kaget ketika ia tahu rumahnya kebakaran.

Api berusaha dipadamkan, namun harta dan perabotnya sudah tidak bisa diselamatkan. Semuanya ludes terbakar. Rumah, perabot, dan hartanya habis di telan si jago merah. Ia pun langsung pulang dan menangis melihat rumahnya. Akhirnya, ia jatuh miskin.

Nasihat :Saat kamu punya banyak, bagilah kepada orang yang tidak punya. Janganlah menjadi orang yang pelit dan sombong.

Senin, 02 Juli 2018

Kisah Dudu Anak yang Baik Hati

Dudu adalah anak yang dikenal baik hati. Ia sering menolong temannya yang kesulitan dan juga ramah pada semua orang. Ia juga sangat suka belajar dan rajin ke sekolah. Cita-citanya ingin menjelajahi seluruh kota di dunia. 




Suatu hari, ia pulang sekolah sendirian. Saat itu, ia bertemu dengan seorang peri. Peri itu memberikan sebuah tas untuknya.
“Bawalah tas ini bersamamu. Kau adalah anak yang baik hati. Aku ingin memberikan hadiah untukmu,” kata Peri tersebut.

“Terima kasih, Peri,” ucap Dudu. Anak itu pun membawa tas yang diberikan si Peri.
Saat sampai di rumah, ia membuka tas tersebut. Ia terkejut karena ada banyak buku pelajaran di dalamnya. Ia pun mengambil satu persatu buku itu dan membacanya. Dan ajaib, setiap membuka sebuah buku, maka ia akan masuk ke buku itu.

Buku yang diberikan si Peri adalah buku tentang menjelajah dunia. Si Anak pun merasa sangat beruntung karena bisa berkeliling dunia dengan membaca buku-buku pemberian si Peri. Ia pun semakin rajin dan giat belajar.

Nasihat :Belajarlah dengan rajin dan tekun. Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Raihlah cita-cita dengan ilmu pengetahuan yang kamu miliki. 

Minggu, 01 Juli 2018

Kisah Seekor Anjing dan Ibu Tua di Jalan

Seekor Anjing kurus berjalan terseok-seok. Tampaknya ia sedang sakit. Dulu ia adalah anjing yang gagah perkasa. Ia sering digunakan polisi untuk melacak keberadaan pencuri. Dulunya ia sangat terkenal dan disayang banyak orang. Namun, setelah tua dan penyakitan, pemiliknya membuangnya. Pemilik anjing itu tidak mau  lagi merawat dan memberinya makan. Sumua jasanya menangkap pencuri dilupakan begitu saja.




Suatu hari, anjing itu kelaparan. Semua manusia menjauh darinya. Ia pun hanya bisa meringkuk disamping tong sampah. Tidak ada yang mau memberinya makanan.

Seorang ibu tua tiba-tiba lewat dan membuang sampah. Ia melihat si Anjing. Ia kasihan kepada anjing itu dan membawanya pulang. Ia berikan susu dan makanan, juga memandikannya hingga bersih. Ia rawat anjing itu penuh kasih sayang.

Suatu hari, segerombolan pencuri memasuki rumah ibu tua itu. Si anjing mendengar langkah pencuri itu, lalu menggonggong. Para pencuri sudah masuk ke rumah. Si anjing berusaha sekuat tenaga menghalau mereka.

Para pencuri kaget. Ibu tua terbangun mendengar gonggongan si anjing. Saat ibu tua melihat ke luar, para pencuri sudah pergi. Sang ibu tua sangat berterima kasih kepada anjing.

Nasihat :Kesetiaan dan pengorbanan adalah suatu sikap yang berharga dalam hidup. Semua perbuatan baik dan buruk pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal.

Dongeng dua tikus yang bersahabat

Tikus Hitam dan Tikus Putih sudah bersahabat sejak keciI.Tapi, kehidupan mereka sangat berbeda.Tikus Putih hidup mewah, karena ia menumpang ...