Kisah Inspirasi Berpikir Sebelum Bertindak
Yanti sedang berjalan di sebuah lorong di kampus tempat dia kuliah. Saat itu suasana cukup rame karena bertepatan dengan jam masuk kelas. Tiba-tiba, ada yang menepuk dia dari belakang. Kontan saja, Yanti yang sedang melamun kaget bukan kepalang. Dia memalingkan tubuhnya untuk mencari siapa orang yang menepuk dirinya.
Saat dia membalikkan badan, ada seorang pria di belakangnya. Pria tersebut sedang menoleh ke arah lain. “Kurang ajar, tidak sopan nich cowok.” Pikir Yanti, sambil langsung menampar pria tersebut.
“Aduh, ada apa ini?” kata si pria yang kaget tiba-tiba mendapatkan serangan mendadak.
“Pura-pura bodoh lagi, emangnya saya cewek murahan?” teriak Yanti. Kontan saja teriakan itu menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.
Sementara si pria bengong.
“Apa yang saya lakukan?” kata si pria.
“Masih belum ngaku, kamu? Bukannya minta maaf!” teriak Yanti tanpa memperdulikan orang-orang yang sudah mengerumuninya.
“Suer, saya nggak tau. Saya salah apa?” tanya si pria.
“Dimana ada maling ngaku.” kata yanti tetap dengan nada tinggi.
Salah seorang dari orang-orang yang melihat bertanya kepada Yanti, “Memang apa yang dia lakukan?”
“Tanya saja sama dia!” kata Yanti.
“Dia nggak mau ngaku, kamu aja yang bilang.” kata orang tadi.
“Dia mencolek saya, tapi dia tidak mau mengaku.” tanya Yanti dengan nada galak.
“Hah? Kapan?” tanya pria tadi terlihat kaget.
“Tuh kan, tidak mau ngaku!” kata Yanti sambil cemberut.
“OK, kalau memang saya mencolek kamu, siapa saksinya?” tanya si pria mulai membela diri.
Yanti melihat ke sekeliling mencari yang melihat kejadian tersebut, tetapi tidak seorang pun bicara. Yanti kesal karena tidak ada yang mendukungnya.
“Baiklah, kamu menang sekarang! Tapi awas, kamu jangan dekat-dekat saya lagi.”, ancam Yanti.
“Bagus sekali, karena saya juga tidak mau ditampar sama kamu.” kata si pria sambil langsung pergi.
Kerumunan orang pun bubar.
Keesokan harinya, Yanti bertemu dengan sahabatnya Susi.
“Yan, kemarin ribut-ribut apa?” tanya Susi.
“Saya tampar cowok karena dia mencolek saya.” jawab Yanti.
“Dimana?” lanjut Susi menyelidik.
“Itu di lorong dekat kelas, pas mau jam pelajaran. Dia menepuk pundak saya.” Yanti menjelaskan peristiwanya.
“Astaghfirullah….” kata Susi kaget dan terdiam sebentar dengan wajah merasa bersalah.
Melihat sahabatnya seperti itu, Yanti agak kaget.
“Kenapa Sus?” tanya Yanti.
“Sus…. yang menepuk kamu itu saya. Bukan cowok yang kamu tampar. Saya ngerjain kamu, saya tepuk kamu kemudian langsung sembunyi dan lari. Saya tidak tahu akan berakibat seperti itu.” jelas Susi dengan wajah takut.
Yanti pun terdiam.
Saat dia membalikkan badan, ada seorang pria di belakangnya. Pria tersebut sedang menoleh ke arah lain. “Kurang ajar, tidak sopan nich cowok.” Pikir Yanti, sambil langsung menampar pria tersebut.
“Aduh, ada apa ini?” kata si pria yang kaget tiba-tiba mendapatkan serangan mendadak.
“Pura-pura bodoh lagi, emangnya saya cewek murahan?” teriak Yanti. Kontan saja teriakan itu menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.
Sementara si pria bengong.
“Apa yang saya lakukan?” kata si pria.
“Masih belum ngaku, kamu? Bukannya minta maaf!” teriak Yanti tanpa memperdulikan orang-orang yang sudah mengerumuninya.
“Suer, saya nggak tau. Saya salah apa?” tanya si pria.
“Dimana ada maling ngaku.” kata yanti tetap dengan nada tinggi.
Salah seorang dari orang-orang yang melihat bertanya kepada Yanti, “Memang apa yang dia lakukan?”
“Tanya saja sama dia!” kata Yanti.
“Dia nggak mau ngaku, kamu aja yang bilang.” kata orang tadi.
“Dia mencolek saya, tapi dia tidak mau mengaku.” tanya Yanti dengan nada galak.
“Hah? Kapan?” tanya pria tadi terlihat kaget.
“Tuh kan, tidak mau ngaku!” kata Yanti sambil cemberut.
“OK, kalau memang saya mencolek kamu, siapa saksinya?” tanya si pria mulai membela diri.
Yanti melihat ke sekeliling mencari yang melihat kejadian tersebut, tetapi tidak seorang pun bicara. Yanti kesal karena tidak ada yang mendukungnya.
“Baiklah, kamu menang sekarang! Tapi awas, kamu jangan dekat-dekat saya lagi.”, ancam Yanti.
“Bagus sekali, karena saya juga tidak mau ditampar sama kamu.” kata si pria sambil langsung pergi.
Kerumunan orang pun bubar.
Keesokan harinya, Yanti bertemu dengan sahabatnya Susi.
“Yan, kemarin ribut-ribut apa?” tanya Susi.
“Saya tampar cowok karena dia mencolek saya.” jawab Yanti.
“Dimana?” lanjut Susi menyelidik.
“Itu di lorong dekat kelas, pas mau jam pelajaran. Dia menepuk pundak saya.” Yanti menjelaskan peristiwanya.
“Astaghfirullah….” kata Susi kaget dan terdiam sebentar dengan wajah merasa bersalah.
Melihat sahabatnya seperti itu, Yanti agak kaget.
“Kenapa Sus?” tanya Yanti.
“Sus…. yang menepuk kamu itu saya. Bukan cowok yang kamu tampar. Saya ngerjain kamu, saya tepuk kamu kemudian langsung sembunyi dan lari. Saya tidak tahu akan berakibat seperti itu.” jelas Susi dengan wajah takut.
Yanti pun terdiam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar