Dahulu kala, ada seorang raja yang bijak sana dan baik hati. Ia sangat suka menolong dan membantu rakyatnya yang hidup miskin. Rakyatnya pun hidup makmur dan bahagia. Semua rakyat mencintainya.
Suatu hari, datang seorang buruh miskin ke istana. Sang Raja memperbolehkannya masuk. “Raja yang baik hati, tolonglah saya. Anak saya sedang sakit, namun saya tidak punya uang untuk membawanya berobat. Tolonglah berikan kepada saya yang agar saya bisa membawa anak saya berobat.”
Tanpa berpikir panjang, Raja memerintahkan pelayannya untuk mengambil uang dan emas untuk diberikan kepada buruh miskin itu. Buruh itupun berterima kasih dan menyalami tangan Raja. Buruh itu berjanji tidak akan melupakan kebaikan hati dan pertolongan Raja.
Suatu hari, terjadi perang besar. Kerajaan diserang oleh pasukan kerajaan sebelah. Raja yang baik hati kalah dalam pertarungan itu karena jumlah pasukannya lebih sedikit dibanding jumlah pasukan kerajaan lawan. Harta dan istananya pun dirampas. Ia pun dijadikan buruh di desa bersama rakyat-rakyat lainnya.
Suatu hari, Raja bertemu dengan buruh miskin yang dibantunya dulu. Buruh miskin itu mengenalinya dan langsung menyapa, “Hai Raja, masih ingatkah kau padaku, buruh miskin yang kau bantu dulu?”
“Aku bukan seorang raja lagi, kau tidak perlu memanggilku Raja. Tentu saja aku masih ingat padamu,” kata Raja.
“Tidak, bagaimanapun keadaanmu, aku akan tetap menghormatimu sebagai rajaku. Jika mau, tinggallah di rumahku,” kata buruh itu. Si Raja yang tidak punya tempat tinggal pun setuju. Lalu, mereka pergi ke rumah si Buruh.
Alangkah terkejutnya si Raja ketika melihat rumah si Buruh bagus dan indah. Ternyata, si Buruh sudah menjadi saudagar kaya.
“Setelah anakku sembuh, aku bekerja sangat keras dan menggunakan uang yang kau berikan untuk modalku. Aku bisa menjadi saudagar kay. Namun, semua ini tidak akan bisa kudapatkan tanpa bantuanmu. Terima kasih, Raja. Sebagai balas budiku, tinggallah disini bersamaku,” pinta si Buruh. Sang Raja mengangguh setuju.
Nasihat :Saling menolonglah serta jadilah orang yang baik hati dan dermawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar