Minggu, 09 September 2018

Pangeran Cilik yang Usil

Pada kesempatan kali ini, cerita anak akan berkisah mengenai dongeng anak yang menarik pastinya, yuk kita simak ya cerita anak tentang Pangeran Cilik yang Usil.. Suatu hari, raja hendak pergi berburu, sekaligus mengajari Pangeran Cilik berburu di hutan. Pangeran Cilik merasa sangat senang dan bersemangat. Raja dan Pangeran Cilik, serta rombongan pun pergi ke hutan.

Setelah Iama berjalan, akhirnya raja melihat seekor rusa yang sedang merumput.

“Wah, ada buruan,” ucap raja sambil menyiapkan busurnya.

Di belakang raja, Pangeran Cilik pun melihat rusa itu. la ingin memanahnya.

“Ayah, biar aku saja yang memanah,” pinta Pangeran Cilik.

“Tidak, anakku. ini tangkapan besar Biar aku yang memanahnya,” tolak raja.

Pangeran Cilik merasa kecewa. Ia sangat ingin memanah rusa itu. Olala, tanpa sepengetahuan raja, Pangeran Cilik menarik busur dan mengarahkannya ke rusa.
Hup!!!

Anak panah dilepaskan dari busurnya. Tapi sayang, bidikan Pangeran Cilik meleset dan tidak mengenai rusa. Rusa yang menyadari ada pemburu, segera berlari amat kencang.

Melihat rusa itu berlari karena keusilan Pangeran Cilik, raja pun kesal.

“Sudah aku bilang, aku yang akan memburunya. Lebih baik kamu bersama pengawal saja jangan menggangguku,” ucap raja.

Pangeran Cilik pun ikut kesal. Rombongan Ialu kembali melanjutkan perburuan. 

“Wah, ada seekor burung. Bisa untuk makan malam,” gumam raja ketika melihat burung di atas pohon.

Pangeran Cilik juga melihat burung itu. Tapi ia ingat, ayahnya menyuruhnya untuk tidak mengganggu. Pangeran Cilik kembali merasa kesal. la pun mempunyai ide untuk meluapkan kekesalannya.

Pangeran Cilik mengambil batu kecil dari tanah, Ialu melemparkannya ke pohon tempat burung itu hinggap. Burung yang hinggap di pohon pun kaget, Ialu terbang menjauh sebelum raja memanahnya.

Dengan perasaan kesal, raja menatap Pangeran Cilik.Tapi, Pangeran Cilik berpura-pura tak tahu apa-apa. Ah, raja tak mungkin menyalahkannya tanpa bukti.

Rombongan raja Ialu melanjutkan perburuan. Namun, Pangeran Cilik terus mengganggu raja.

Malam pun tiba. Rombongan itu lalu mendirikan tenda di pinggir sungai. Tapi sayangnya, karena keusilan Pangeran Cilik terus-menerus, tak ada satu pun binatang yang berhasil diburu. Akibatnya, mereka tak bisa makan apa pun malam ini.

Pangeran Cilik menyadari kesalahannya dan menyesal. Hari sudah malam, dan mereka tak bisa berburu Iagi. Padahal, perutnya sudah berbunyi dari tadi. Ia pun terpaksa menahan lapar.

Pesan Moral
Kawan, jangan suka usil. Nanti kita sendiri yang rugi.

Sabtu, 08 September 2018

Gajah dan Semut

Matahari siang itu bersinar amat terik. Para koloni semut memilih untuk tinggal di rumah. Mereka ingin bersantai sambil menikmati persediaan makanan.
Tiba-tiba, bumi terasa seperti bergoyang. Koloni semut pun panik.

“Gempa bumi! Gempa bumi!!” teriak semua semut. Mereka berbondong-bondong keluar dari sarang mereka yang berada di dalam tanah.

Namun begitu keluar, mereka kaget. Rupanya, ada kawanan gajah yang sedang mencari makan di sana. Ya! Tadi bukan gempa bumi, melainkan ulah gajah-gajah itu. Melihat hal itu, ketua koloni semut marah.

“Hai, Gajah. Pergilah dari sini! lni daerah kami!" seru ketua koloni semut.

“Hahaha! Apa kau bercanda, Semut Kecil? Hutan ini milik umum, jadi siapa pun boleh ke sini,” jawab ketua kawanan gajah.

“Tapi, kami lebih dulu tinggal di tempat ini!" balas ketua koloni semut.

Namun, kawanan gajah tak peduli. Mereka menganggap semut hanyalah binatang kecil. Kawanan gajah pun melanjutkan makan. Mereka bahkan tak segan-segan sampai menghancurkan rumah koloni semut. Akibatnya, koloni semut harus berlari tunggang-langgang agar tak terinjak kawanan gajah.

Malam harinya, setelah kawanan gajah pergi, koloni semut kembali ke rumah mereka. Mereka pun berkumpul.

“lni tidak bisa dibiarkan. jika terus seperti ini, bisa-bisa kawanan gajah menguasai tempat kita,” protes Salah satu semut. Semua semut setuju.

“Ah! Bagaimana jika kita bicara baik-baik dengan mereka? jika tidak berhasil, barulah kita menyerang mereka,” ucap ketua koloni semut.

Semua semut tertegun ragu. Mana mungkin tubuh kecil mereka dapat melawan para gajah yang besar. Tapi, ketua koloni semut berhasil meyakinkan koloninya. Koloni semut pun menyusun rencana untuk mengalahkan kawanan gajah.

Esoknya, kawanan gajah kembali datang. Ketua koloni semut menghadang, hendak berbicara baik-baik. Sayang, kawanan gajah tak mau.

Akhirnya, koloni semut menyerang kawanan gajah. Koloni semut menyerang bagian dalam gajah-gajah itu, seperti belalai dan telinga mereka. Kulit luar gajah memang keras, tapi tidak dengan kulit bagian dalam mereka. Ketika para semut menggigit kulit bagian dalam, semua gajah kesakitan dan terjatuh.
Saat itulah, kawanan gajah sadar bahwa meskipun kecil, semut tak bisa diremehkan. Buktinya, kini mereka kalah melawan semut.

Pesan Moral
Kawan, yang terlihat kecil bukan berarti tak kuat. Jadi, jangan meremehkan seseorang hanya dari fisiknya, ya.


Semut dan Angin

Semut baru saja selesai membuat rumahnya di puncak pohon. Ia merasa senang dan puas dengan rumahnya.

“Akhirnya selesai juga. Siapa bilang, semut tak boleh membuat rumah di puncak pohon” ucap Semut dengan sombong.

Semut memang sengaja membuat rumah di puncak pohon. Hal itu bermula dari kawanan Gajah yang datang ke hutan. Ya, rumahnya hancur karena diinjak Gajah. Agar rumahnya tak dirusak Gajah Iagi, Semut membangun rumah di puncak pohon.

Sebenarnya kawanan semut sudah melarangnya membangun rumah di sana. Angin sedang bertiup kencang. Percuma membangun rumah di sana, karena rumahnya bisa terbawa angin. Tapi, Semut tak peduli. Keputusannya sudah bulat, ia tak ingin rumahnya hancur diinjak Gajah lagi.

Saat Semut hendak beristirahat di rumahnya, tiba-tiba angin kencang berhembus.
Wusssss!!!
Olala, rumah Semut terbawa angin dan hancur seketika. Semut merasa sangat kesal. Ia pun kembali membangun rumahnya. Sebelum petang, rumahnya sudah seIesai. Tapi ia takut, jikalau angin kembali menerbangkan rumahnya.

“Aku akan mengadang angin, Ialu berkata kepadanya agar tak sembarangan berhembus dan menghancurkan rumahku,” ucap Semut dengan mantap.

Tak Iama kemudian, angin berhembus lebih kencang. Semut tampak sudah bersiap mengadang angin di depan rumahnya. Namun, karena angin berhembus sangat kencang, tubuhnya yang amat kecil itu pun terbawa terbang, begitu juga dengan rumahnya. 

Semut pun menyesal. Andai ia mendengar nasihat kawannya, mungkin ia tak perlu repot-repot membangun rumah hanya untuk diterbangkan angin. Dirinya juga pasti tak akan turut diterbangkan angin.

Pesan Moral
Kawan, seseorang memberi nasihat, pasti demi kebaikan kita juga. Dengarkan nasihat orang-orang disekitar kita.




Jumat, 07 September 2018

Monyet yang Serakah

Suatu hari, Kura-kura pergi mencari makanan di hutan. Ia ingin memakan buah yang manis, dan buah-buah yang manis hanya ada di hutan.

Tiba-tiba dari arah berlawanan, semua binatang berlari sangat cepat. Mereka tampak ketakutan. Kura-kura bingung. Ia pun mencegah Monyet, dan menanyakan apa yang terjadi.

“Apa yang terjadi, Monyet? Mengapa semua binatang berlari sangat kencang?” tanya Kura-kura.

“Ada pemburu, Kura-kura. Ayo, cepat lari! Nanti kau tertangkap!" kata Monyet, panik.

Kura-kura pun berbalik arah hendak pulang ke rumah. Namun...
Hap!!!
Olala, Kura-kura tertangkap oleh pemburu. Pemburu pun membawa Kura-kura pulang.

Sesampainya di rumah, Kura-kura dimasukkan ke dalam kandang. Kakinya diikat, dan ia diberi banyak makanan.

“Makanlah yang banyak, Kura-kura. Agar dagingmu banyak, dan keluargaku kenyang memakanmu," pikir pemburu.

Sebenarnya Kura-kura masih takut dan bingung. Namun karena ia sudah sangat Iapar,  ia pun memakan makanan itu. Tak Iama setelah itu, Monyet datang menghampiri. 

“Hai, Kura-kura. Tampaknya makananmu sangat banyak,” ucap Monyet.

“Memang benar pemburu sangat menyayangiku. Kini, aku tak perlu repot-repot Iagi mencari makanan ke hutan,” balas Kura-kura.

“Wah, jika aku bisa menggantikan Kura-kura, pasti aku tak akan kelaparan,” pikir Monyet.

Monyet pun mencari akal. Aha! Monyet mempunyai ide yang cemerlang.

“Apa kau tak rindu dengan rumahmu dan keluargamu? Pasti sekarang mereka sedang mencarimu,” ucap Monyet.

“Benar juga katamu, Monyet. Aku ingin pulang ke rumah,” kata Kura-kura, bersedih.

“Tidak usah sedih, Kura-kura. Aku bersedia menggantikanmu,” ucap Monyet, berpura-pura baik. Padahal, ia hanya menginginkan makanan Kura-kura.
lkatan Kura-kura pun dilepas, Ialu digantikan oleh Monyet. Monyet merasa sangat senang, karena bisa mendapatkan makanan Kura-kura. Begitu pun Kura-kura, ia bisa pulang ke rumah.

Setelah kepergian Kura-kura, monyet yang serakah itu menghabiskan makanannya. Namun, tiba-tiba pemburu datang. Monyet menjadi ketakutan. Pemburu bingung, karena Kura-kura telah berganti menjadi Monyet.
Tapi, ia tak peduli, asalkan ia bisa makan daging malam ini.

Sejak saat itu, Monyet yang serakah tak pernah terlihat Iagi di hutan.

Pesan Moral
Serakah hanya akan merugikanmu. Jadi jangan serakah, kawan.




Kejujuran Pangeran

Suatu ketika, hidup seorang raja yang bijaksana. Ia memiliki seorang putri yang cantik jelita. Sudah saatnya bagi putri itu untuk menikah. Tapi, raja masih bingung. Ia ingin menikahkan putrinya dengan pangeran yang jujur.

“Aku ingin putriku mendapatkan pangeran yang jujur sehingga kelak pangeran itu bisa menggantikanku menjadi raja. Penduduk di negeri ini pun akan tetap hidup makmur” ucap raja kepada pengawal.

“Saya mempunyai ide, Baginda Raja. Kita adakan sayembara kejuiuran. Barang siapa yang dapat memenuhi sayembara kejujuran itu, dialah yang menjadi suami sang putri," saran pengawal.

Raja setuju. la pun menyuruh pengawal untuk menyebarkan sayembara ke penjuru negeri dan ke kerajaan-kerajaan lainnya.

Hari pelaksanaan sayembara pun tiba. Semua pangeran dan pemuda yang ingin mengikuti sayembara, telah berkumpul di halaman istana.
“Sayembara ini diadakan untuk mencari suami bagi putriku. Selain itu, suami putriku kelak akan menggantikanku menjadi raja,” ucap raja.

Semua yang datang bersorak senang.
“Barang siapa bisa membawakan satu ember air laut yang rasanya tawar, maka dialah yang menjadi juara dan berhak menikahi putriku,” seru raja, memulai sayembara.

Seketika, para pangeran dan pemuda pergi ke Iaut untuk mengambil air. Tapi, sia-sia saja.  Seluruh air di laut terasa asin. Mereka pun pulang dengan tangan hampa.

Satu per satu pangeran dan pemuda yang mengikuti sayembara gugur. Mereka tak bisa membawakan apa yang raja inginkan. Hingga akhirnya, tersisa tiga pangeran yang tampan. Mereka datang menghadap ke raja bersamaan.

“Saya bawakan satu ember air laut tawar, Raja. Saya sengaja memintanya dari naga penghuni Iaut,” ucap salah satu pangeran.

Raja hanya mengangguk, dan mencicipi air tersebut. Ternyata benar rasanya tawar.

“Saya pun membawakan satu ember air Iaut tawar,  Raja. Saya mendapatkan bantuan dari para dewa,” ujar pangeran kedua sambil menunjukkan air yang ia bawa.

Raja kembaili mencicipi air itu. Benar tidak asin. 
Pangeran ketiga diam saja. la hanya menyodorkan ember berisi air yang ia bawa. Raja mencicipinya, tapi tiba-tiba raja memuntahkannya.

"Asin!” seru raja.

“Maafkan hamba, Raja. Hamba tak bisa menemukan air Iaut yang tawar. Semua air laut asin”.   jelas pangeran ketiga.

Kedua pangeran yang lain tersenyum puas. Mereka yakin akan memenangkan sayembara ini.

“Baiklah, saya akan mengumumkan pemenang sayembara. Pemenangnya adalah pangeran ketiga!" seru raja.

Pangeran ketiga terkejut, tak percaya bahwa ia pemenangnya. Sementara kedua pangeran lainnya tak menerima kekalahan mereka.

“Tak ada air Iaut yang tawar Pangeran ketiga berkata jujur dan pangeran jujurlah yang saya cari,” jelas raja.

Kedua pangeran itu tercengang mendengar penuturan raja. Mereka sangat malu karena sudah berlaku curang.


Rupanya, pilihan raja tepat. Pangeran itu menikah dengan sang putri, dan ia mampu membuat negeri menjadi semakin makmur.

Pesan Moral
Kejujuran itu selalu membawa berkah, mesti terkadang sulit untuk berkata jujur. Kawan, selalu berkata jujur, ya.

Kamis, 06 September 2018

Akibat tidak sabar

Setelah kemarin kita berbagi cerita anak mengenai buah manggis yang bersedih, kali ini kita akan ceritakan dongeng anak kisah anak musang yang kurang bersabar, yuk kita simak ...

Anak Musang baru terbangun dari tidurnya. Perutnya Keroncongan, menandakan ia lapar.  Ia pun segera mencari makanan di dapur. Namun, ia tidak menemukan apa pun disana.

Sementara itu, Ayah Musang sedang duduk diam di samping rumah. 

“Ayah, kenapa tak ada makanan? Aku sangat lapar,” rengek Anak Musang setelah menghampiri ayahnya.

“Penduduk di kampung sedang berkeliaran memburu kawanan kita, anakku. Kemarin ada yang melakukan buruan besar-besaran, jadi Ayah tak berani keluar. Ayah takut diburu mereka”, Jawab Ayah Musang.

“Lalu bagaimana, Ayah? Aku sudah sangat lapar,  balas Anak Musang.

Ayah Musang pun berpikir. “Bagaimana jika kita memancing di sungai? Itu jauh lebih aman, daripada memburu ayam di perkampungan”.

Anak Musang terlihat malas. Daging ikan tak seenak daging ayam. Belum lagi, ia harus menunggu lama saat memancing. Namun, karena perutnya sudah sangat Iapar, mau tak mau Anak Musang mengikuti ayahnya ke sungai.

Dugaan Anak Musang benar. Mereka sudah menunggu lama di sungai, tapi tidak ada satu pun ikan yang tersangkut di kail. Perut Anak Musang semakin keroncongan.

“Ayah, aku sudah sangat lapar!” seru Anak Musang.

“Bersabarlah, Nak,” ucap Ayah Musang, menenangkan anaknya yang merengek terus.

“Sampai kapan aku harus sabar? Perutku sakit. Kita mencari ayam di kampung penduduk saja, itu jauh lebih cepat. Ayolah,Ayah!” pinta Anak Musang.

Tanpa seizin ayahnya, Anak  Musang melesat pergi dari sungai dan menuju perkampungan penduduk.

Sesampainya di perkampungan penduduk, Anak Musang melihat ayam yang sedang berkeliaran bebas. Tanpa membuang waktu, Anak Musang langsung menerkam ayam tersebut.Tapi, tiba-tiba...
Hap!
Olala, Anak Musang terjebak dalam jaring. Rupanya, ayam itu sengaja dijadikan umpan untuk menangkap musang. Sekarang, akibat ketidaksabaran Anak Musang, ia pun tertangkap oleh penduduk.

Pesan MoralAyo, belajar bersabar untuk kebaikan kita sendiri.

Rabu, 05 September 2018

Buah Manggis sedang bersedih

Di sebuah pohon manggis, terlihat buah manggis sedang bersedih. Sudah beberapa hari ini ia hanya melamun. Hal itu membuat temannya, si buah apel, penasaran. Tak biasanya buah manggis seperti itu.
“Kenapa kau terlihat sedih?” tanya buah apel kepada buah manggis.

“Aku merasa, aku adalah buah yang paling tak beruntung. Kulitku tak sesegar warna kulit buah Iain. Coba kau lihat jeruk, atau kau sendiri, buah apel. Kalian memiliki warna kulit yang mengagumkan. Hampir semua orang menyukai kalian. Sedangkan aku? Huh! Aku tak suka menjadi buah manggis,” dengus buah manggis, kesal.


“Kau hanya belum tahu manfaatmu. Jika kau sudah mengetahuinya, kau pasti akan kaget. Aku pernah dengar bahwa kulit dan buahmu itu bermanfaat bagi orang. Bahkan, daun mu juga bermanfaat,” balas buah apel.

“Benarkah itu?" tanya buah manggis, tak percaya.

“Benar  orang-orang sering mencarimu. Buahmu bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Kulitmu juga bisa menjadi obat kanker" jawab buah apel.

Seketika, buah manggis berbinar Sungguh, ia tak menduga jika dirinya begitu bermanfaat bagi banyak orang.

“Kau tunggu saja. Tak Iama lagi, pasti akan ada yang memetikmu. jadi, kau tak usah bersedih. Setiap makhluk memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,” ujar buah apel.

“Terima kasih apel, kau memang sahabat yang baik. Kau selalu ada di saat aku sedang sedih,” balas buah manggis.

“Sama-sama. Berhentilah bersedih, dan jangan suka mengeluh. Itu hanya akan membuat kita kurang bersyukur” ucap buah apel.

Buah manggis pun tersenyum. Sejak saat itu, ia tak pernah mengeluh Iagi. la sangat gembira, karena ternyata dirinya memiliki banyak manfaat.

Pesan MoralTahukah kalian, jika setiap makhluk itu mempunyai kelebihan? Jadi, jangan bersedih ya. Jangan merasa kamu tidak berguna. Kamu pasti mempunyai kelebihan.

Impian Kura-Kura

Di sebuah danau, hiduplah seekor kura-kura. ia selalu berada di sana, dan tak pernah pergi ke mana pun.

Suatu sore, Kura-kura duduk sendiri di sebuah batu tepi danau. Ia menikmati udara sore yang cerah.Tiba-tiba, seekor kupu-kupu terbang meilintas. Kupu-kupu itu sangat anggun, berpindah dari satu bunga ke bunga Iain.

“Alangkah indahnya kupu-kupu itu. Andai aku bisa seindah Kupu-kupu,” gumam Kura-kura.
Tak Iama kemudian, seekor keilinci lewat dan berlari sangat kencang. ia bisa berlari tanpa menabrak
“Wah, hebat sekali Keilinci, bisa berlari sangat kencang. Andai aku bisa seperti Keiinci, pasti aku bisa cepat sampai tujuan. Sayang, aku hanya Kura-kura. Lariku pun lamban,” keluh Kura-kura sambil melihat bayangannya sendiri di air danau. Ia tertunduk sedih.

Tiba-tiba, di permukaan air muncul bayangan kawanan burung yang terbang di langit. Kura-kura Iantas melihat ke Iangit. Kawanan burung terbang dengan sangat indah. Mata Kura-kura pun berbinar
“Wah, bagusnya kawanan burung itu. Pasti sangat menyenangkan bisa terbang bebas seperti mereka,” ucap Kura-kura.


Kura-kura membayangkan dirinya bisa terbang bebas seperti burung. Ia pernah mendengar cerita dari Angsa, bahwa dunia Iuar sangat indah. Apalagi, jika dilihat dari langit. Tapi, Kura-kura kembali bersedih. ia sadar bahwa ia hanya seekor kura-kura.  Jangankan terbang, berlaripun ia lamban.
Kura-kura yang sedih itu kemudian menceburkan dirinya ke danau. Namun, tiba-tiba...
Dor!!
Terdengar bunyi ledakan. Sepertinya itu adalah suara tembakan dari pemburu. Tak Iama setelah itu, terdengar teriakan meminta tolong.

“Tolong  Tolong!!!” Suara itu berasal dari permukaan danau. Kura-kura bergegas kembali ke permukaan. Benar saja. Di sana ada burung yang tadi terbang di angkasa. Burung itu tampak kelabakan, karena tak bisa berenang. Mungkin tadi ia terkena tembakan pemburu. 
Kura-kura pun berenang mendekat, dan mengangkat burung itu dengan menggunakan cangkangnya. Burung itu dibawanya ke tepi danau.

“Terima kasih, Kura-kura. Kamu memang hebat, bisa berenang. Aku tak tahu apakah aku bisa selamat atau tidak tadi jika tak ada kamu,” ucap Burung.
Kura-kura pun tersadar. Tidak ada makhluk yang sempurna di dunia ini. Burung contohnya. Meski ia bisa terbang bebas, tapi ia tak bisa berenang. Sedangkan Kura-kura, meskipun ia tak bisa terbang, tapi ia bisa berenang bebas.

Pesan Moral
Kawan, Tuhan menciptakan makhluk-Nya dengan kelebihan masing-masing. Jadi, jangan iri dengan orang lain. Pasti ada kelebihan yang kamu miliki. 


Selasa, 04 September 2018

Bangau yang licik

Di sebuah danau yang kecil, Kepiting hidup damai bersama teman-teman ikannya. Mereka hidup bahagia dan saling menyayangi.

Suatu hari, sahabat Iama Kepiting yaitu Bangau, terbang di atas danau. Bangau sedang kelaparan. Sudah tak ada ikan di sungai akibat terlalu banyak sampah. Tanpa sengaja, Bangau melihat Kepiting sedang bercakap-cakap dengan para ikan. Melihat hal itu, muncullah pikiran jahat Bangau.

“Hmm, ada makanan enak rupanya,” gumam Bangau, lalu terbang mendekati Kepiting. 

“Wah, Kepiting. Kamu tampak bahagia sekali dengan para ikan,” ucap Bangau kepada Kepiting.
Kepiting tersenyum, menyetujui ucapan Bangau. Memang benar,  ia hidup bahagia di danau itu. Meski danaunya kecil, tapi ia memiliki banyak teman ikan. Ia pun tak kesepian.

“Tapi, danau ini terlalu sempit untuk para ikan. Aku tahu danau yang lebih Iuas. Pasti teman-teman ikanmu akan bahagia di sana,” bujuk Bangau.

“Tak perlu. Kami di sini sudah bahagia,” toIak Kepiting.

“Tapi, pasti ikan akan lebih bahagia di tempat baru itu,” hasut Bangau. Kepiting berpikir sejenak.

“Aku akan membantu mereka pindah,” Ianjut Bangau.

“Baiklah, akan aku tanya mereka terlebih dahulu,” ujar Kepiting. 

Kepiting pun pergi menemui ikan. Rupanya para ikan menyambut baik tawaran Bangau. Kepiting segera kembali menemui Bangau dan memberitahukan hal tersebut. Satu per satu ikan masuk ke paruh Bangau, dan mereka dibawa terbang. Setelah semua ikan dibawa Bangau, Kepiting merasa kesepian. 

Kebetulan, Bangau datang kembali ke danau untuk minum. Kepiting pun menanyakan  kabar teman-teman ikannya. Mendapat pertanyaan itu, Bangau gugup. Ia tak bisa meniawab. Apalagi, Kepiting juga meminta Bangau untuk mengantarnya ke tempat ikan.



“Ah! Aku bisa semakin kenyang jika memakan Kepiting,” pikir Bangau.
Bangau pun menyetujui permintaan Kepiting. Ia menggendong Kepiting, dan membawanya terbang. Namun saat mereka terbang, Kepiting melihat tulang ikan yang berserakan di tanah. Ia yakin bahwa itu adalah ikan-ikan temannya.

Kepiting merasa marah karena dibohongi oleh Bangau. Dengan segera, ia mencapit sayap Bangau. Alhasil, Bangau kesakitan dan jatuh. Sayapnya pun patah. Itulah balasan yang setimpal bagi sahabat yang berdusta.

Pesan Moral
Kawan jangan menghianati kepercayaan teman. Jika berhianat teman akan membenci kita.

Dongeng dua tikus yang bersahabat

Tikus Hitam dan Tikus Putih sudah bersahabat sejak keciI.Tapi, kehidupan mereka sangat berbeda.Tikus Putih hidup mewah, karena ia menumpang ...