Rabu, 28 September 2016

KISAH 3 ORANG TUKANG BANGUNAN Kisah Inspiratif

KISAH 3 ORANG TUKANG BANGUNAN

"Pak, sedang mengerjakan apa?" tanya anak itu kepada tukang pertama.Di sebuah desa kecil ada seorang anak yang sedang berjalan melintasi lokasi yang akan dibangun sebuah sekolah. Anak itu melihat ada 3 orang yang sedang bekerja disana.

"Kamu bisa lihat sendiri, saya ini seorang tukang, saya sedang mengerjakan pekerjaan saya sebagai tukang bangunan" jawabnya.

Lalu anak itu menanyakan pertanyaan yang sama kepada tukang kedua "Pak, sedang mengerjakan apa?"

"Saya sedang membantu sekolahan ini membuat gedung sekolah." jawab tukang kedua.
Lalu anak itu juga menanyakan pertanyaan yang sama kepada tukang ketiga "Pak, sedang mengerjakan apa?"

Tukang ketiga menjawab, "Saya sedang membangun mimpi anak-anak di desa ini supaya mereka berani bermimpi lebih tinggi dan meraih cita-citanya, sehingga mereka membawa manfaat di masyarakat."

Kawan, itulah visi.. kita mungkin melakukan hal yang sama persis dengan rekan kerja kita, kita mungkin melakukan bisnis yang sama dengan rekan maupun pesaing-pesaing kita. Tapi milikilah visi yang jauh didepan sana dan mampu menggetarkan jiwa bagi siapa saja yang mendengarnya.
Tanyakan kepada diri kita sendiri, apakah pekerjaan yang kita lakukan saat ini hanya untuk mengisi perut bulan depan?

Terlebih ibadah kita, apakah hanya untuk menggugurkan kewajiban? ataukah kita memiliki visi yang jauh untuk di akhirat nanti?

Kisah Nabi : Mukjizat Nabi Muhammad SAW

Kisah Nabi : Mukjizat Nabi Muhammad SAW

Kisah Nabi : Mukjizat Nabi Muhammad SAW
Sumber Foto google.co.id

1. Diturunkannya Wahyu pertama (Q.s Al-Alaq [96] : 1-10)

Saat Nabi Muhammad berusia 40 tahun, Mekkah tengah dilanda krisis ekonomi dan moral. Orang miskin menjadi budak orang kaya karena tidak bisa membayar utang. Anak perempuan dijadikan wanita penghibur karena orang tuanya terbelit riba. Perjudian, perzinaan, dan minuman keras merajalela.

Melihat keadaan itu Nabi Muhammad sangat prihatin. Sebenarnya Nabi Muhammad ingin melakukan sesuatu, namun ia belum tahu harus melakukan apa. Akhirnya ia memutuskan untuk merenung. Nabi Muhammad sering pergi seorang diri untuk bertahannuf dan bertahannuts (artinya: beribadah menjauhi dosa ke Gua Hira yang terletak di puncak Gunung Hira). Letak Gunung Hira ini sekitar enam kilometer di Utara Mekkah. Dengan membawa sedikit perbekalan, ia terus merenung mencari siapa pencipta alam semesta ini.

Pada suatu hari, tengah khusyuk bertahannuts, Malaikat Jibril  mendatangi beliau. Iqra ! (artinya:bacalah) kata Malaikat Jibril. Mendengar kata Malaikat Jibril, Nabi Muhammad kagetnya bukan main. Beliau terperanjat." Saya tidak dapat membaca," jawab Nabi Muhammad dengan nada gugup. 

" Iqra " kata Malaikat Jibril sekali lagi.

" Apa yang harus saya baca?" tanya Nabi Muhammad gemeteran.

Lalu Malaikat Jibril pun mengjarkan ayat-ayat Al-Quran yang pertama kali turun. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Menciptakan manusia dari segumpalan darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajarkan kepada manusia yang tidak diketahuinya. (QS.Al-Alaq [96]:1-5)

Selesai menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad keluar gua dengan badan panas dingin. Tiba-tiba beliau mendengar suara,"Hai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan aku Malaikat Jibril!" Nabi Muhammad melihat Malaikat Jibril sedang berdiri di cakrawala menyerupai seorang laki-laki. Beliau mengalihkan pandangan untuk menenangkan diri, tetapi kemana pun beliau mengalihkan pandangan, beliau selalu melihat Malaikat Jibril, seolah berada di mana - mana.

Bunda Khadijahlah yang kemudian menentramkan perasaan Nabi Muhammad SAW dengan penuh kelembutan. Hati beliau pun menjadi tenang hingga terlelap. Khadijah kemudian menemui saudaranya, Waraqah bin Naufal, seorang yang bijak dan pandai. "Khadijah, suamimu telah didatangi malaikat yang dulu mendatangi Musa! Sungguh, ia adalah Nabi bagi umat ini!" jelas Waraqah.

Sejak itulah Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah mengajak manuasia ke jalan kebenaran. Bunda Khadijah adalah pemeluk islam yang pertama, setelah itu Ali bin Abi Thalib, pemuda kecil yang beliau asuh sejak lama. Yang ketiga adalah Zaid bin Haritsah, seorang budak kecil yang kemudian beliau bebaskan dan beliau jadikan putra angkat.

Setelah itu masuk islam pula Abu Bakar bin Abi Qahafah, At-Taimy, seorang sahabat Rasul yang sangat mempercayai beliau. Kemudian menyusul Utsman bin Affan, Zubair bin Al-Awwam, Abdurrahman bian Auf, Saad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.

2. Peristiwa Isra' dan Miraj' (QS. Al-Isra [17]:1) 

Beban Nabi Muhammad semakin hari semakin berat karena kabilah-kabilah yang berada di Mekkah menolak ajakan beliau untuk beriman kepada Allah SWT. Ada yang menolak dengan baik, tetapi banyak pula yang menolak dengan kasar.

"Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan?" kata Nabi Muhammad di dalam doanya. Atas Ijin Allah SWT pada saat-saat berat seperti itulah terjadi perjalanan singkat beliau dari Masjid Al-Haram yang berada di Mekkah ke Masjidil Al-Aqsha di Yerussalem, Palestina.

Peristiwa itu disebut Isra (diperjalankan). Setelah itu beliau di mi'rajkan (dinaikkan ) ke langit langsung menghadap Allah SWT. Kedua peristiwa luar biasa ini berlangsung dalam waktu semalam dan dikenal dengan nama Isra Mi'raj.

"Malaikat Jibril menemani Nabi Muhammad SAW selama dalam perjalanan. Begitu sampai di Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsha), Rasullah ditemui oleh Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa, serta beberapa nabi lainnya. Mereka shalat berjamaah diimami oleh Nabi Muhammad SAW. Setelah itu didatangkan sebuah tangga dari langit.   

"Belum pernah kulihat sesuatu yang lebih indah dari pada tangga itu," sabda Nabi kemudian. Malaikat Jibril kemudian membimbing beliau naik melalui gerbang langit yang disebut Hafadzah. Lewat gerbang itu, beliau bertemu dengan Nabi Adam As yang sedang dihadapkan pada ruh manusia yang baik dan jahat, setelah itu beliau melihat siksa yang ditimpahkan pada orang-orang berdosa.

Bersama Malaikat Jibril pun beliau naik ke langit kedua. ketiga, hingga ke langit ke tujuh. Kemudian beliau mengunjungi surga dan setelah itu menghadap ke hadirat Allah SWT untuk menerima perintah Shalat. Ketika keesokan harinya beliau mengabarkan perjalanan ini, kaum musyirikin menertawakan beliau.

Ketika bulan suci tiba, berdatanganlah peziarah dari segala penjuru untuk mengunjungi Ka'bah. Di antara mereka ada orang-orang Yasrib, kota tempat makam ayah Nabi Muhammad. Kata-kata Rasul yang lembut tentang agama islam amat menawan mereka. Setelah berunding beberapa saat, musafir Yasrib menyambut baik ajakan Nabi. Tahun berikutnya, orang-orang Yasrib datang lagi. Kali ini dua belas orang diantaranya bersumpah kepada Nabi Muhammad SAW untuk tidak menyembah Tuhan selain Allah SWT, tidak berbuat zina, tidak membunuh anak-anak, tidak berdusta, dan tidak berbuat durhaka. Sumpah ini dilakukan di atas Gunung Aqabah dan disebut Baiat (sumpah) Aqabah pertama.

Nabi kemudian mengutus Mush'ab bin Umair untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Yasrib. Dakwah Mush'ab berhasil, tahun berikutnya sebanyak tujuh puluh lima orang Yasrib bersumpah untuk membela Nabi dan masuk islam. Ikrar yang kedua ini disebut Baiat Aqabah kedua.

3. Hijrah ( QS. An-Nisa [4]:100 ), At-Taubah [9]:40 ) 

Setelah Baiat Aqabah yang kedua, orang-orang kafir Quraisy membabi buta dalam menentang Nabi Muhammad SAW. Orang - orang yang telah masuk Islam dihina dan disiksa. Ini membuat Nabi Muhammad sangat prihatin. Nabi Muhammad kemudian mengajak orang-orang Muslim meninggalkan Mekkah dan hijrah ke Yasrib. Kaum Muslimin melakukan hijrah sendiri-sendiri atau dalam kelompok kecil secara sembunyi-sembunyi. Tetapi begitu pembesar-pembesar Musyrikin Quraisy tahu, mereka segera bertindak.

Orang-orang itu memaksa kaum muslimin kembali ke Mekkah. Mereka menyiksa, menganiaya, bahkan memisahkan suami dan istri. Walau demikian sebagian kaum muslimin berhasil lolos. Nabi Muhammad sendiri tetap di Mekkah dan menunggu sampai semua umatnya hijrah. Beliau benar-benar pemimpin yang bertanggung jawab.

Merasa gagal mencegah kaum muslimin hijrah, kaum Quraisy mencoba membunuh Rasulullah Muhammad SAW. Setelah bermusyawarah, mereka mengambil dari tiap kabilah seorang pemuda yang gagah. Para pemuda itu akan bersama-sama membunuh Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, keluarga nabi tak bisa membalas kematian beliau kepada seluruh kabilah yang ada.

Beruntung, Rasulullah Muhammad SAW telah melakukan persiapan yang matang. Sebelum pergi, Rasulullah Muhammad SAW meminta kepada Ali bin Abi Thalib tidur di pembaringan beliau. Pada saat para pemuda Quraisy itu menyerbu ke pembaringan, mereka terkecoh. Rasulullah bersama Abu Bakar Ash Shiddiq telah keluar rumah dan bersembunyi di Gua Tsaur.

Para pemuda Quraisy itu marah bukan main. Dengan geram, mereka mencari Rasulullah ke mana-mana, suatu ketika mereka sampai di depan Gua Tsaur, Abu Bakar takut sekali. Ia hanya bisa menahan nafas supaya tidak diketemukan dan dibunuh. Abu Bakar sempat berbisik," Ya Rasul, jika ada yang menongok ke bawah, mereka pasti melihat kita." Dengan amat tenang, Rasulullah berbisik pada sahabatnya,"Jangan takut wahai Abu Bakar. Allah bersama kita."

Pemuda-pemuda Quraisy itu tak jadi masuk karena di pintu gua mereka melihat sarang laba-laba, dua ekor burung dara yang mengerami telur, dan sebatang pohon yang menghalangi pintu masuk. "Kalau Muhammad ada di dalam, pasti sarang laba-laba sudah rusak, sarang burung dara hancur, dan batang pohon patah," demikian pikir mereka. Lalu mereka pun pergi, megurungkan niatnya untuk melihat ke dalam Gua Tsaur.

4. Mukjizat di Jari Nabi (QS. Al-Anfal [8]:33)

Waktu shalat subuh tiba, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya hendak berwudhu, namun tidak ada air. Padahal saat itu diperlukan banyak sekali air suci untuk berwudhu. Nabi Muhammad SAW mencari akal, dan tiba-tiba beliau meminta kantung air pada salah seorang sahabat. " Apa ada kantung air? " tanya Rasulullah. "Ada, Ya Rasulullah," sahut seorang sahabat. Orang itu lalu membawa kantong air yang terbuat dari kulit kambing.

Rasulullah meletakkan tangan kanannya di atas kantung kulit kambing itu. Jari-jarinya terbuka. Dari sela-sela jarinya memancar air yang bening sekali. "Hai Bilal!" seru Rasulullah kepada Bilal bin Rabah. "Panggil orang-orang itu untuk berwudhu!" Bilal berseru memanggil orang-orang untuk berwudhu dengan air yang memancar dari sela-sela jari Rasulullah. Seorang sahabat bernama Ibnu Mas'ud bahkan sampai meminum air itu. Rasanya sejuk, bagaikan air yang memancar dari sumber yang dalam di bawah tanah.

Air itu memancar hingga semua orang bisa berwudhu. Itulah salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW.

Setelah selesai shalat subuh. Nabi Muhammad  duduk dengan para jamaah di masjid. "Siapakah makhluk Allah yang paling menakjubkan imannya?" tanya Rasulullah kepada para jamaah. Jawaban para jamaah.

"Malaikat". Nabi berkata "Bagaimana malaikat tidak beriman,sedangkan mereka pelaksana perintah Allah?" "kalau demikian para Nabi!" "Bagaimana para Nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari Allah diturunkan kepada mereka?" kata Rasulullah."Pastilah sahabat-sahabat Anda ya Rasulullah." "Bagaimana mereka tidak beriman, sedangkan mereka menyaksikan mukjizatku, hidup bersamaku, mengenal dan melihatku dengan mata kepalanya sendiri.

"Jadi, siapakah makhluk Allah yang imannya paling menakjubkan, ya Rasulullah?" lalu jawab Rasulullah "Kaum yang datang sesudah kalian." Maksudnya, umat yang lahir setelah para sahabat tiada, manusia pada masa yang akan datang." Mereka membenarkan aku, padahal tidak pernah menyaksikan aku. Mereka menemukan tulisan dan beriman. Mereka mengamalkan apa yang ada di tulisan itu. Mereka membelaku seperti kalian-kalian membelaku.

Alangkah inginnya aku bertemu dengan ikhwanku itu !" Adapun kaum muslimin yang beriman tanpa melihat Rasulullah disebut ikhwani, artinya 'saudara-saudaraku'. Kitalah para ikhwan Rasulullah.Insyaallah
Berikut Video tentang Kisah Nabi Muhammad SAW

Sumber: Buku Mukjizat para Nabi dan Rasul karya Ali Nurfadhillah penerbit Pustaka Sandro Jaya, Jakarta. 

KISAH WALISONGO MASALAH ADAT ORANG JAWA

KISAH WALISONGO MASALAH ADAT ORANG JAWA


Pada suatu ketika Sunan Kalijaga mengusulkan agar adat istiadat orang jawa seperti selamatan, bersaji dll tidak langsung ditentang, sebab orang jawa akan lari menjauhi ulama jika ditentang secara keras. Adat istiadat itu diusulkan agar diberi warna atau unsur Islam.

Apakah adat istiadat lama itu nantinya tidak mengkhawatirkan bila dianggap ajaran Islam? Padahal yang demikian itu tidak ada dalam ajaran Islam. Apakah hal ini tidak akan menjadikan bid’ah?



Pendukung Sunan Kalijaga ada lima orang, sedang pendukung Sunan Ampel hanya dua orang yaitu Sunan Giri dan Sunan Drajad, maka usulan Sunan Kalijaga diterima. Adat istiadat jawa yang diwarnai Islam itu antara lain selamatan mitoni, selamatan mengirim doa untuk orang mati (biasanya disebut tahlilan) dan lain-lain yang secara hakiki tidak bertentangan dengan aqidah Islam.

Pada suatu ketika para wali berkumpul setelah empat puluh hari meninggalnya Sunan Ampel. Sunan Kalijaga tiba-tiba membakar kemenyan. Para wali yang lain menganggap tindakan Sunan Kalijaga berlebihan karena membakar kemenyan adalah kebiasaan orang jawa yang tidak Islami.

Sunan Kudus berkata: membakar kemenyan ini biasanya dilakukan orang jawa untuk memanggil arwah orang mati. Ini tidak ada dalam ajaran Islam.

Sunan Kalijaga berkata: Kita ini hendak mengajak orang jawa masuk Islam, hendaknya kita dapat mengadakan pendekatan pada mereka. Kita membakar kemenyan bukan untuk memanggil awrah orang mati, melainkan sekedar mengharumkan ruangan, karena orang-orang jawa ini kebanyakan hanya mengenal kemenyan sebagai pengharum, bukan wangi-wangian lainnya. Bukankah wangi-wangian itu disunnahkan Nabi?

Tapi tidak harus membakar kemenyan kata Sunan Kudus.
Adakah didalam hadist disebutkan larangan membakar kemenyan sebagai pengharum ruangan? Tukas Sunan Kalijaga.
Wali lainnya hanya diam saja. Sementara Sunan Kudus yang sebenarnya lebih condong berpihak kepada Sunan Kalijaga kali ini entah mengapa merasa risih atas tindak-tanduk Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga memang suka yang aneh-aneh, ujar Sunan Kudus. Tapi janganlah Sunan Kalijaga merendahkan martabat sebagai wali dengan memakai pakaian seperti itu.

Sunan Kalijaga memang lebih sering memakai pakaian seperti rakyat biasa. Celana panjang warna hitam atau biru dan baju dengan warna serupa, ikat kepalanya hanya berupa udeng atau destar.
Sunan Kalijaga menjawab, dihadapan Allah tidak ada yang istimewa. Hanya kadar taqwa yang jadi ukuran derajat seseorang bukan pakaiannya. Lagi pula ajaran Islam hanya menyebutkan kewajiban setiap umat menutup aurat. Tidak disebutkan harus memakai jubah atau sarung. Justru dengan pakaian seperti ini saya dapat bergaul dengan rakyat jelata dan dengan mudah saya dapat memberikan ajaran Islam kepada mereka.

Kembali para wali membenarkan pendapat Sunan Kalijaga.

Selanjutnya Sunan Kalijaga juga mengusulkan agar kesenian rakyat seperti gending, tembang dan wayang dapat diterima oleh para wali sebagai media dakwah. Usul ini oleh para wali akhirnya disetujui.

Kisah Teladan Nabi Musa As dan Raja Firaun

Kisah Teladan Nabi Musa As dan Raja Firaun

Kisah Nabi Musa
Kisah Nabi Musa As
Pada masa Mesir dikuasai oleh Raja Fir'aun  dan Raja Fir'aun memerintah kerajaan dengan tangan besi. Ia diktator bengis yang tidak berperikemanusiaan. Mabuk dan rakus pada kekuasaan, sehingga ia berani menyebut dirinya Tuhan.

Pada suatu malam Fir'aun bermimpi yang amat menakutkan, yaitu istananya habis terbakar. Menurut para ahli nujum dalam perhitungannya, tak lama lagi bakal lahir seorang bayi dari bangsa israil, yang kelak nanti akan menjadi musuh dan menjatuhkan kekuasaan Raja Fir'aun. Raja Fir'aun berang mendengar laporan itu. Saat itu juga ia memerintahkan agar membunuh bayi laki-laki yang lahir dari kalangan bangsa Israil.

Beberapa minggu kemudian ketika Istri Raja Fir'aun bermain di taman dekat sungai Nil bersama seorang dayangnya, ia menemukan sebuah peti yang hanyut ditepi sungai. Setelah dibuka ternyata peti itu berisi seorang bayi laki-laki.

Musa dilahirkan oleh pasangan suami Imran dan Yukabad. Begitu mengetahui anaknya yang lahir adalah laki-laki Yukabad dan Imran panik. Jika anak itu tak segera disembunyikan tentulah akan dibunuh oleh kaki tangan Raja Fir'aun

Istri Fir'aun sangat senang mendapatkan bayi itu. Ia ingin mengangkatkan  sebagai anak. Maka diutarakan niatnya kepada Raja Fir'aun. Ia didik sebagai mana anak-anak raja yang lain. Ia berpakaian seperti Raja Firaun, mengendarai kendaraan Raja Firaun sehingga dikenal Pangeran Musa Bin Firaun. Setelah Nabi Musa As dewasa Allah menganugerahkan pangkat kenabian dan ilmu pengetahuan.

Pada suatu hari Nabi Musa berjalan- jalan di kota. Ia melihat orang Qubti dan orang Israil berkelahi.  Karena keadaan tak seimbang Nabi Musa membela orang israil. Orang Qubti tidak mau diajak damai. Nabi Musa menjadi marah orang itu langsung dipukulnya. Sekali tempelentang orang itu langsung mati.

Ada seorang saksi yang melihat kejadian itu. Nabi Musa dilaporkan kepada Raja Firaun. Setelah Raja Firaun tahu bahwa Nabi Musa membela orang israil ia segera memerintahkan orang untuk menangkap Nabi Musa. Nabi Musa melarikan diri, tujuannya ke negeri Madyan. Di Madyan Nabi Musa berkenalan dengan Nabi Syu'aib dan kemudian Nabi Musa dikawinkan dengan kedua putrinya.

Beberapa tahun kemudian Allah memerintahkan Nabi Musa As berangkat ke Mesir untuk berdakwah kepada Raja Firaun dengan dibekali sebuah tongkat oleh Nabi Syu'aib As. Di Mesir Nabi Musa As bertemu dengan Harun saudaranya. Keduanya menghadap Raja Firaun dan mengajak Raja Firaun dan pengikutnya menyembah hanya kepada Allah SWT dan meninggalkan kezaliman serta penindasan terhadap kaum bangsa Israil.

Raja Firaun tak mau tunduk begitu saja, ia mengerahkan ahli sihir untuk mengusir Nabi Musa dengan ular-ular sihirnya. Nabi Musa As melawan dengan melemparkan tongkatnya sehingga menjelma seekor ular besar dan kemudian menyerang dan melahap ular-ular jelmaan ahli sihir.

Para ahli sihir terbelangak heran. Apa yang ditampilkan oleh Nabi Musa bukanlah sihir seperti yang mereka pelajari dari setan. Akhirnya mereka bertaubat dan hanya menyembah kepada Allah. Raja Firaun murka melihat pembelotan para ahli sihir yang telah bertaubat itu.

Kebengisan Raja Firaun menjadi-jadi. Pengikut Nabi Musa disiksa diluar batas. Akhirnya Allah memerintahkan Nabi Musa As membawa umatnya keluar dari Mesir secepatnya.

Rombongan Nabi Musa As telah sampai di tepi laut merah. Raja Firaun yang mengetahui hal itu, ia dan bala tentaranya segera menyusul rombongan Nabi Musa As. Mereka tidak sadar bahwa jalan yang mereka lalui adalah daratan lautan yang terbelah. Dan ketika romongan Nabi Musa sudah sampai di ujung dan naik ke daratan mendadak laut itu menutup kembali. Dan tenggelamlah Raja Fir'aun dan para pengikutnya semua binasa tanpa tersisa.

Sumber : Buku Kisah-kisah 25 Nabi Nabi dan Rasul penulis Ali Nurfadhilah penerbit: PUSTAKA SANDRO JAYA Jakarta.

Kisah Teladan Para Nabi Kisah Nabi Yusuf As

Kisah Teladan Para Nabi  Kisah Nabi Yusuf As

Kisah Teladan Para Nabi  Kisah Nabi Yusuf As
Kisah Nabi Yusuf As
Nabi Yusuf As adalah Putra Nabi Yakub As. Diantara dua belas orang anak-anak Nabi Yakub As. Yusuf dan Bunyamin yang paling dicintai. Hal ini menimbulkan iri hati saudara-saudaranya yang lain.
Pada suatu malam Nabi Yusuf As bermimpi, ia melihat sebelas Bintang, Bulan dan Matahari, semua bersujud kepadanya. Esok harinya ia ceritakan mempinya itu kepada ayahnya.

Jawab Nabi Yakub As: "Sebelas bintang itu adalah saudara-saudaramu, Matahari adalah ayahmu dan Bulan adalah Ibumu. Semua akan menghormatimu. Kau akan menjadi orang besar. Maka jangan sampai saudara-saudaramu tahu. Jika saudaramu tahu mereka akan mencelakaimu. Namun tanpa setahu Nabi Yusuf dan ayahnya Nabi Yakub, ternyata salah seorang saudaranya mendengar pembicaraan ayahnya itu.

Sejak saat itu mereka makin membenci Nabi Yusuf dan selalu berusaha mencelakainya. Pada suatu hari mereke meminta izin kepada Nabi Yakub untuk mengajak Nabi Yusuf berburu binatang. Mula-mula Nabi Yakub tidak mengijinkannya, tetapi setelah mereka menunjukan kesanggupannya manjga Yusuf dari bahaya maka Nabi Yakub tidak melarangnya. Nabi Yusuf As boleh ikut berburu. Tinggal Bunyamin yang menemani Nabi Yakub di rumah.

Di tengah hutan mereka hendak membunuh Nabi Yusuf As, namun tak sampai hati, setelah seorang mengusulkan agar dimasukan saja ke dalam sumur. Demikianlah, Yusuf yang masih kecil tak berdaya ketika saudaranya yang lebih besar memasukkannya ke dalam sumur tua. Sebelumnya baju Nabi Yusuf dilepas. Mereka kemudian membunuh hewan, darahnya di oleskan ke baju Nabi Yusuf As. Setelah pulang mereka berkata kepada ayahnya bahwa Nabi Yusuf As telah dimakan serigala hingga bajunya berlumuran darah. Nabi Yakub sangat sedih sehingga selalu menangis dan matanya menjadi buta.

Tidak berapa lama Nabi Yusuf di dalam sumur, ada serombongan kafilah yang hendak mengambil air. Mereka menemukan Nabi Yusuf. Maka Nabi Yusuf dibawa sebagai budak, mereka menjualnya dinegeri Mesir. Sesampainya di mesir Nabi Yusuf benar-benar dijual sebagai budak pembelinya seorang menteri kerajaan yang bernama Kitfir. Kemudian menteri tersebut menyerahkan Nabi Yusuf kepada istrinya yaitu Zulaiha. Kiftir dan Zulaiha tidak mempunyai anak, mereka bermaksud menjadikan Nabi Yusuf sebagai anak angkatnya.

Kini Nabi Yusuf hidup di lingkungan istana kerajaan mesir. Makin lama makin tampaklah bahwa Nabi Yusuf seorang pemuda tampan lagi cerdas. Zulaiha kemudian mengangkatnya sebagai kepala pelayan di istana. Sebagai pemuda yang tampan dan ramah Nabi Yusuf telah menarik perhatian Zulaiha. Bukan sebagi ibu dan anak melainkan sebagai seorang wanita kepada lelaki dewasa.

Pada suatu hari, saat suaminya pergi Zulaiha masuk ke dalam kamar Nabi Yusuf. Hati Nabi Yusuf berdebar kencang melihat penampilan Zulaiha. Ketika Zulaiha mendekat hendak memeluknya, Nabi Yusuf lari ke arah pintu namun Zulaiha mengejar dari belakang dan menarik bajunya hingga robek. Disaat demikian tiba-tiba Kiftir suaminya datang.

Zulaiha segera menghampiri suaminya dan berkata bahwa Nabi Yusuf hendak memaksanya melakukan perbuatan mesum. "Tidak !" sahut Yusuf. "Dialah yang memaksa saya untuk melakukan perbuatan keji itu." Terjadilah saling tuduh menuduh. Untuk menutupi rasa malunya maka akhirnya suami Zulaiha memasukkan Nabi Yusuf ke dalam penjara.

Di dalam penjara ada dua orang pelayan raja. Yang pertama bernama Nabo kepala bagian minuman. Kedua bernama Malhab, kepala bagian makanan kue-kue. Keduanya masuk ke dalam penjara karena di tuduh hendak membunuh Raja dengan menaruh racun dalam minuman dan makanan. Di dalam penjara Nabi Yusuf mengajak kedua orang itu untuk bertaubat dan beribadah hanya kepada Allah SWT saja.

Pada suatu malam raja mesir bermimpi melihat 7 ekor lembu yang memakan 7 ekor lembu yang gemuk-gemuk. Dan melihat 7 tangkai gandum yang hijau dan 7 tangkai gandum yang kering. Para penasehat, dukun, tukang ramal diperintah untuk mengartikan mimpi sang raja. Namun tidak seorangpun mampu memberikan jawaban yang memuaskan.

Nabo ingat waktu dipenjara kenal dengan Nabi Yusuf yang dapat mengartikan mimpinya, maka raja meminta Nabo memanggil Nabi Yusuf untuk mengartikan mimpi raja. Di hadapan Raja yusuf berkata: " Mesir akan mengalami masa subur selama 7 tahun dan mengalami paceklik 7 tahun pula." "Oleh karena itu sambung Nabi Yusuf. Hasil panen selama 7 tahun di masa subur harus di simpan baik-baik, jangan dihambur-hamburkan. Untuk persedian 7 tahun masa paceklik."

Setelah sang raja mengetahui kebenaran dan kesucian Nabi Yusuf, ia makin tertarik. Maka sang Raja memanggil Nabi Yusuf untuk diangkat sebagai Menteri Ekonomi. Apa saja yang diucapkan Nabi Yusuf menjadi kenyataan. Sesudah berlangsung masa subur selama 7 tahun maka datanglah masa paceklik. Mendengar di negeri Mesir banyak tersedia bahan makanan dan boleh ditukar dengan emas oleh umum, anak-anak Nabi Yakub kemudian pergi berangkat ke Mesir.

Mereka tidak mengira kalau Menteri Ekonomi di negeri Mesir adalah Yusuf saudaranya sendiri. Kakak Yusuf segera menceritakan nasib ayahnya di Palestina. Betapa menderitanya sang ayah sejak ditinggal Nabi Yusuf setiap hari ayahnya menangis sampai matanya putih dan tak dapat melihat lagi. Tapi Nabi Yusuf bukanlah orang yang pendendam. Mereka dimaafkan. Nabi Yusuf kemudian mengambil baju gamisnya dan diserahkan kepada saudara-saudaranya. " Usapkanlah di kedua belah mata ayah. Kemudian ajaklah ayah dan ibu ke mesir secepatnya. Aku sudah tak sabar untuk bertemu."

Setelah saudara-saudara Nabi Yusus As sampai di Palestina. Baju gamis Nabi Yusuf segera diusapkan di kedua belah mata ayahnya. Atas kehendak Allah SWT, Nabi Yakub As bisa melihat kembali. Nabi Yakub As dan keluarganya kemudian pindah ke Mesir memenuhi permintaan Nabi Yusuf As.

Sumber : Buku Kisah-kisah 25 Nabi Nabi dan Rasul penulis Ali Nurfadhilah penerbit: PUSTAKA SANDRO JAYA Jakarta.

KISAH WALISONGO MASALAH SYEKH SITI JENAR

KISAH WALISONGO MASALAH SYEKH SITI JENAR

KISAH WALISONGO MASALAH SYEKH SITI JENAR

Intisari Ajaran Syekh Siti Jenar



MENYADAP ILMU SEJATI DI GIRI KEDATON


Dalam sumber lain disebutkan bahwa Syekh Lemah Abang pernah berguru kepada Sunan Giri di Giri Kedaton atau Giri Gajah. Tetapi karena kelakukannya yang tidak senonoh yaitu suka mempelajari ilmu karang atau ilmu sihir maka ia tidak termasuk murid-murid terpilih. Sebab ilmu sihir yang mengandalkan bantuan jin dan setan itu dilarang oleh agama Islam.
Murid-murid yang terpilih artinya murid yang diperkenankan ikut mempelajari Ilmu Sepuh atau Ilmu Tua, yakni Ilmu Hak Sejati.
Tapi Syekh Lemah Abang tidak kekurangan akal. Ia tetap ingin mengikuti pelajaran tingkat tinggi itu secara sembunyi-sembunyi. Yaitu dengan jalan mengerahkan ilmu sihir sehingga tubuhnya nejadi seekor cacing.
Ia mengikuti wejangan Sunan Giri, tapi karena dasar batinnya tidak jernih maka apa yang diserapnya jauh dari apa yang dimaksudkan oleh Sunan Giri.
Selanjutnya ia membuka perguruan, banyak murid-muridnya yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Diantaranya adalah Ki Ageng Pengging. Lontang Asmara,  Pangeran Panggung, dll.
Namun karena pada mulanya ia menyadap ilmu dengan cara tidak benar maka ajaran yang disampaikan pun ajaran yang tidak benar.
Inti ajaran ini adalah Pantheisme atau manunggaling Kawula Gusti. Jadi dia sendiri telah mengaku bersatu dengan Tuhan.

MENGAKU DIRI SEBAGAI TUHAN


Syekh Siti Jenar sudah tidak mau lagi datang ke mesjid Demak. Kemudian dilanjutkan dengan tidak mau Sholat Jum’at. Bahkan tidak mau mengerjakan Sholat Lima Waktu. Murid-muridnya tentu saja turut kelakuan gurunya.

Tentu saja ajaran ini ditentang oleh para wali. Syekh Siti Jenar diberi peringatan namun tetap menyebarkan ajaran yang sesat itu. Padahal para wali sedang gencar-gencarnya menyiarkan agama Islam sesuai dengan Mazhhab Imam Syafii. Sholat adalah tiang agama, jika sholat sudah ditinggalkan pemeluk agama Islam berarti  telah merobohkan agama Islam itu sendiri.

Syekh Siti Jenar dipanggil oleh Sunan Giri untuk diajak musyawarah.

Utusan Sunan Giri bernama Santri Kodrat dan Malang Sumirang datang menyampaikan panggilan.
Tuan Siti Jenar diharap datang ke Giri Kedaton kata sang utusan.

Siti Jenar tidak ada, yang ada hanyalah Tuhan yang Maha Esa, jawab Syekh Siti Jenar dari dalam rumah.

Utusan yang sudah dibekali ilmu mantiq itu berkata dengan cerdiknya. Kalau begitu Tuhan yang dipanggil ke Giri Kedaton.

Syekh Siti Jenah berulah, Sekarang Tuhan tidak ada. Yang ada Siti Jenar.
Utusan cepat berkata, ya, Siti Jenar yang ada dipanggil ke Giri Kedaton.
Syekh Siti Jenar menjawab lagi Tuhan tidak memperkenankan Siti Jenar……
Utusan pun tidak mau kalah, cepat dia berkata: kalau begitu Tuhan dan Siti Jenar diminta datang ke Giri Kedaton.

Di dalam sidang ternyata Syekh Siti Jenar tidak mau merubah pendapatnya bahwa dia mendakwakan dirinya Tuhan. Tak perlu mengerjakan Sholat lagi dan tidak ada gunanya syariat. Itu hanya basa basi yang ada hanya hakekat demikian kata Syekh Siti Jenar.

Sunan Kalijaga menyahut, karena itukah tuan Siti Jenar tidak mau mengerjakan sholat?
Apa gunanya sholat? Tukas Siti Jenar. Allah dan Siti Jenar sudah bersatu. Kalau Siti Jenar menyembah Allah, itu berarti Allah menyembah Allah.

Itu ajaran sesat. Jangan hanya mementingkan hakekat. Harus penuhi syariat supaya mesjid tidak kosong dari para jama’ah, kata Sunan Giri.

Siti jenar tetap ngotot dengan pendiriannya. Itu namanya hanya berbuat kesia-siaan. Kalu umur ini hanya dipergunakan untuk sholat berarti waktu hanya habis untuk bersopan santun. Itu ilmunya orang bodoh dan kafir. Kalau orang itu betul-betul pasrah pada hakekatnya adalah persatuan Kawula Gusti.
Sunan Kalijaga cepat menanggapi perkataan Siti Jenar, itu ajaran sesat. Persis ajaran AL-Halaj di bagdad yang berpaham wihdatul Wujud, mengaku dirinya Tuhan Allah. Bila ajaran ini dibiarkan berlarut-larut maka akan membahayakan umat Islam di tanah jawa. Padahal iman mereka baru saja kita bina. Jika ajaran ini menyebar luas, umat Islam pasti akan terpecah belah.

Nabi Muhammad adalah Rasul terpilih, terjaga kesuciannya, namun beliau masih tetap melakukan syariat. Tekun mendirikan sholat. Ini Syekh Siti Jenar yang tidak diketahui asal-usulnya dengan jelas berani mengaku dirinya Tuhan dan tidak mau sholat. Jelas dia bermaksud merusak agama Islam yang kita syiarkan.

Akhirnya sidang para wali yang diketuai oleh Sunan Giri selaku Mufti tanah jawa memutuskan hukuman mati bagi Siti Jenar. Tetapi para wali cukup bijak. Siti Jenar diberi waktu setahun untuk merenung dan bertobat. Siapa tahu dalam waktu 1 tahun itu dia akan menyadari kesalahannya.
Selama 1 tahun sunan Kalijaga mendapat tugas mengawasi gerak gerik Siti Jenar. Ternyata Siti Jenar tidak berubah. Dia tetap berfaham Wihdatul Wujud atau manunggaling Kawula Gusti. Persatuan hamba dengan Tuhannya. Maka setelah lewat 1 tahun hukuman mati itupun dilaksanakan. Bertindak sebagai pelaksana adalah Sunan Kudus selaku Senopati Waliullah.

Walaupun Siti Jenar telah mati, tapi murid-murid nya masih banyak. Diantaranya adalah Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging, Ki Ageng Tingkir, Lontang Asmara, dll.

Mengapa di babad tanah jawa dilukiskan Sunan Kudus seolah-olah membela Arya Penangsang? Karena Sunan Kudus tahu bahwa jalur pewaris ketiga tahta Demak yang sah adalaha ayahanda Arya Penangsang yang bernama Pangeran Seda Lepen. Tetapi ayah Arya Penangsang ini dibunuh oleh anaknya Sultan Trenggana. Kemudian Sultan Trenggana mengambil Jaka Tingkir Putera Ki Ageng Pengging sebagai menantunya. Padahal Ki Ageng Pengging adalah murid syekh Siti Jenar. Jaka Tingkirpun dengan setia menganut paham Manunggaling Kawula Gusti.

Maka dalam sengketa Jipang-Panjang atau Jaka Tingkir dan Arya Penangsang. Sunan Kudus yang pernah menghukum mati Siti Jenar itu berpihak kepada Arya Penangsang. Karena Arya Penangsang adalah muridnya yang setia menganut faham ahlussunnah.

Ajaran-ajaran Siti Jenar yang dimasa Raden Patah dilarang keras, pada jaman Sultan Hadiwijaya (gelar Jaka Tingkir setelah jadi Raja Pajang) dijadikan ajaran resmi kerajaan. Ajaran ini terus berkembang hingga awal kebangkitan Mataram dibawah Panembahan Senopati hingga puncak kejayaan Mataram dibawah Sultan Agung.

Pengganti Sultan Agung adalah susuhunan Amangkurat 1. Dia tidak mau kalah dengan gelar para wali yang disebut Sunan, dia menambahkan kata Su lagi dari kata Sunan sehingga menjadi Susuhunan yang artinya harus dijunjung tinggi. Amangkurat artinya yang memangku dunia. Dia menanamkan ajaran kepada rakyat bahwa kepada raja harus takut seperti takutnya pada Tuhan.

Seperti tersebut dalam sejarah, kehidupan Amangkurat 1 ini penuh dengan huru-hara. Demi kenikmatan dunia ia rela menjual negaranya kepada kompeni Belanda. Padahal Sultan Agung sangat anti kepada Belanda.

Amangkurat menganggap dirinya Tuhan sehingga boleh berbuat apa saja seenaknya. Baru satu tahun ia berkuasa sudah banyak menimbulkan korban. Pangeran Alit dan Cakraningrat 1 dari Madura dibunuh tanpa suatu alasan yang jelas.

Ketika seorang selirnya yang cantik meninggal dunia ia langsung membunuh 43 selirnya yang lain, dengan alasan 43 selirnya itu sengaja meracuni Ratu Malang selirnya yang paling cantik itu.

Saudaranya yang lain yaitu Pangeran Pekik dibunuh beserta seluruh keluarganya secara kejam. Pendek kata kekejamannya hampir sama dengan Raja Firaun. Tentu saja ini menimbulkan reaksi keras dikalangan rakyat.

Timbullah suara-suara sumbang tentang dirinya.

Dalam suasana yang keruh ini ada pihak-pihak yang sengaja memanfaatkannya. Mereka adalah para kaki tangan Raja yang sangat benci pada Dinasti Demak dan Giri Kedaton. Sebagaimana diketahui Demak dan Giri Kedaton adalah kekuatan utama yang menyangga kelangsungan aliran ahlussunnah. Sementara raja Amangkurat pendukung utam aliran syi’ah yang telah bercampur dengan faham kejawen.

Orang-orang syiah kejawen itu menghasut raja bahwa yang menimbulkan isu tidak puas dikalangan masyarakat adalah para ulama dari Giri Kedaton. Semua orang mau menghormat kepada Raja dengan cara membungkuk dan menyembah kakinya. Hanya para ulama Giri Kedaton yang tidak mau melakukan penghormatan seperti itu. Maka Sunan Amangkurat memerintahkan kaki tangannya untuk mengumpulkan para ulama Giri Kedaton dan yang erat kaitannya dengan Giri Kedaton.

Sebanyak 6000 Ulama Ahlussunnah dikumpulkan di alun-alun, dibantai secara keji dihadapan Sunan Amangkurat 1. Inilah bukti sejarah hitam dari penganut faham syiah kejawen warisan Siti Jenar yang mengajarkan persatuan hamba dengan Tuhan.

Kenapa merasa dirinya itu Tuhan, maka Sunan Amangkurat tega berbuat apa saja termasuk membantai 6000 Ulama Ahlussunnah.

Kisah Inspirasi Jangan Lalaikan Panggilan

Kisah Inspirasi Jangan Lalaikan Panggilan


Selang beberapa saat teman yang dicari tamu tersebut datang dan kemudian mereka berjabat tangan. Sembari mengerjakan tugas kantor yang menumpuk saya menangkap arah pembicaraan mereka. Ternyata mereka adalah Guru dan Murid. Si murid begitu antusias untuk berbagi pengalaman dengan gurunya yang sekarang ada di depannya. Sebut saja si guru adalah pak Amir dan si murid adalah si Anwar. Selang beberapa saat berbicara si anwar memohon ijin untuk melakukan sholat dhuzur. Kebetulan saat itu memang sudah masuk waktu sholat dhuzur.Beberapa bulan yang lalu saat saya sedang berada di tempat kerja, tiba-tiba datang seorang tamu yang kebetulan mencari salah satu staf di tempat saya kerja. Sebagai tuan rumah yang baik tentunya saya mempersilahkan tamu tersebut untuk masuk ruangan saya sembari menunggu kawan yang dicarinya.

Usai sholat, kemudian si  Anwar masuk kembali ke ruangan Pak Amir. Pak Amir kemudian bertanya mengenai pekerjaan yang dilakukan si Anwar. Anwar menjawab “Alhamdulillah Pak, hasil usaha saya cukuplah untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak saya”. Iseng saja saya bertanya, “memang apa mas kerjanya?”. Dia menjawab “hanya usaha warnet”. Pertanyaan kemudian saya lanjutkan, “memang ga rugi mas usaha warnet di saat seperti ini?”. Dia menjawab “Alhamdulillah, rejeki sudah ada yang atur kok”. Dia menyebutkan bahwa omset warnetnya perhari tidak pernah kurang dari 100 ribu.

Jawaban yang sedikit aneh di benak saya. Bagaimana mungkin di saat banyak usaha warnet yang ada dia bisa sampai dapat omzet sampe 100 ribu?. Obrolan berhenti disini.
Saat saya memandang wajahnya, tampak bekas sebuah luka di keningnya. Kemudian saya coba bertanya mengenai luka yang ada di keningnya. Dia menjawab akibat kecelakaan yang dialaminya. Ceritanya begini.

Siang itu dia dari Surabaya hendak ke Malang karena ada suatu urusan. Sampai di daerah pandaan – Pasuruan, dia mendengar suara adzan dzuhur sudah berkumandang. Sempat dia mengucapkan kalimat “sebentar ah, nanggung, nanti sekalian sholat dzuhur di Malang. Mumpung jalanan sepi dan tidak macet”. Selang beberap menit kemudian dia mengalami kecelakaan. Mobil yang dikendarainya menabrak sepeda motor yang tiba-tiba berhenti di depannya. Akhir cerita akhirnya dia berurusan dengan pihak berwenang apalagi si korban meninggal dunia. Sempat dia mendekam di tahanan gara-gara kasus kecelakaan tadi.

Akhir cerita, untuk menyelesaikan permasalahan kecelakaan tadi dia menghabiskan dana tidak kurang dari 90 juta. Selain untuk menyantuni keluarga si korban kecelakaan, uang tersebut juga digunakan untuk menebus kendaraan yang ditahan sebagai barang bukti. Coba anda bayangkan seberapa banyak uang tersebut. Namun si anwar sangat bersyukur karena dia hanya kehilangan 90 juta.

Mendengar penuturannya saya hanya bisa menghela nafas panjang. Kemudian anwar melanjutkan ceritanya. Ternyata dia melakukan satu kesalahan fatal dan pada akhirnya dia mengalami kecelakaan tersebut. Gara-gara dia menunda waktu sholat dzuhur di perjalanan. Lalu saya bertanya, memang salah ya menunda waktu sholat apalagi sedang dalam perjalanan?

Anwar menjawab “Mas... jika anda memanggil anak anda satu kali kemudian anak anda datang, apakah anda senang atau marah?”. Saya menjawab “senang”. Lalu dia bertanya kembali “kalo anda memanggil anak anda tetapi si anak bilang, sebentar yah, masing sibuk neh, bagaimana perasaan anda?”. Saya jawab lagi “ya kesel mas, masak anak dipanggil bapaknya malah ngasih tempo waktu”.
Kemudian si Anwar kembali bertanya kepada saya “Jika Allah SWT yang memanggil anda, untuk segera menunaikan sholat, melalui kumandang suara adzan dan anda tidak segera datang, kira-kira Allah SWT bagaimana ya mas?”

Saya tidak sanggup menjawab pertanyaan tersebut, karena faktanya selama saya bekerja, meskipun terdengar suara adzan, saya selalu tidak sholat tepat waktu”. Lalu saya bertanya kepada anda para pembaca..

Selasa, 27 September 2016

Kisah Motivasi Tamu Yang Mencerdaskan

Kisah Motivasi Tamu Yang Mencerdaskan


Siang ini seperti biasa saya berada di kantor. Sedikit bercerita, saya adalah staff magang di pusat informasi dan humas Universitas Airlangga. Masih sama dengan hari lain, tugas kami disini salah satunya adalah menerima tamu.

Tepat pukul 11 siang, pintu kantor diketuk. Saya dan staff lain mempersilakan tamu ini untuk masuk dan duduk. sebelum sempat kami selesai mempersilakan duduk, si Tamu bertanya, "Pak, Bu, ini bener kampus C Unair Mulyorejo?".

Dengan ramah kami meng-iyakan. Namun sekali lagi beliau bertanya pertanyaan serupa. Dengan heran kami kembali meng-iyakan. Namun terkejutnya kami ketika si Tamu berteriak girang, "horeee!! saya lulus!". Lalu si Tamu bercerita bahwa dia adalah siswa SLB, usianya 34 tahun namun kemampuan otaknya setara dengan anak usia 13 tahun.

Namanya Aput, dia dari Wonosari, Yogjakarta. Tujuannya kesini adalah untuk ujian. Ujian? Awalnya kami heran. Namun ternyata Aput sedang menjalankan ujian pencarian alamat. Bayangkan dengan kapasitas otaknya yang setara 13 tahun, ia menuju Surabaya, kota sebesar ini sendirian (ingat, dia dari Yogjakarta, 10 jam dari Surabaya). Ia hafal benar ia harus naik bus Eka sampai Bungur Asih dan 2 kali naik angkutan umum untuk sampai ke Kampus kami. Belum selesai disana, ketika kami menawarkan minum, ia menolak dengan alasan ia dilarang untuk meminta minta. Keukeuhnya prinsip tidak meminta minta ini sampai memaksa kami mencari alasan lain agar ia menerima air minum itu (ia tampak sangat lelah dan kehausan). Kami berdalih bahwa air minum itu adalah hadiah karena dia sudah lulus ujian (bisa menemukan alamat adalah ukuran kelulusannya).

Disela perbincangan kami ia bercerita bahwa di sekolahnya ia belajar baca tulis, ketrampilan, dan agama. Ia menyebutkan ada dua agama disana yang pertama adalah agama Allahuakbar (red. Islam) dan pak Yesus (red. Kristen/Katolik). kebetulan ia beragama Allahuakbar tuturnya.

Lama berbincang, ia teringat bahwa hari ini adalah hari Jumat. Ia membacakan (dia hafal, tanpa teks) surat Al-Jumu'ah bagi kami. Suaranya merdu dan bacaaannya benar, dia juga hafal dengan baik. Saya dan rekan kerja saya sampai luluh dan menangis. Dia juga memberi tahu kami bahwa ada aturan yang harus ditaati selama ujian ini. Pertama adalah boleh bertanya, namun tidak boleh diantar. Kedua adalah tidak boleh naik kendaraan yang bersifat mengantar seperti taxi dan becak. Ketiga, tidak boleh meminta - minta. dan masih banyak aturan lain yang mengoyak nurani saya. Saya jadi berfikir, sudahkah kita memiliki moral sebaik tamu Tuna Grahita ini? Bahkan dia mencari tempat sampah untuk membuang sampahnya. Sedangkan kita? Ada satu celetukan polos yang ia tanyakan pada kami. Ia bertanya, berapa banyak ayam yang harus dijual untuk pergi ke Mekah? Untuk ke Surabaya saja ia harus menjual ayam 3 ekor. Ia ingin ke mekah karena sudah bisa mengaji.

Dari tamu ini saya belajar banyak tentang makna hidup, kejujuran, bagaimana berjuang dan terus memotivasi diri sendiri. Dia berkata bahwa dia dilarang bersedih. "Kata pak Guru aku ngga boleh sedih, kalo sedih nanti bodo lagi", ucapnya polos. Dari sini, masih bisa sombongkah kita bahwa mahasiswa adalah makhluk paling pintar dan paling baik moralnya? Mari belajar dari sekitar, termasuk dia :)

Kisah Motivasi Panjang Tangan dan Sedekah

Dalam suatu riwayat Aisyah pernah berkisah, bahwa suatu waktu setelahkematian Nabi SAW, para istrinya berkumpul pada suatu rumah salah satu diantaranya. Lalu mereka mengukur tangan-tangan mereka di tembok untuk mencari tangan mana yang terpanjang. Aktivitas ini sering dilakukan mereka, sampai meninggalnya Zainab binti Jahsy.



Apa sebab hal ini dilakukan oleh para istri Nabi SAW? Ternyata, suatu waktu Rasulullah SAW pernah bersabda seperti diriwayatkan Bukhari dan Muslim,

"Bahwa yang paling cepat menyusul diriku dari kalian (istri-istriku) adalah yang paling pajang tangannya."

Yang paling cepat menyusul Rasulullah SAW adalah Zainab binti Jahsy. Sementara Zainab memiliki tangan yang pendek dan bukan yang terpanjang bila dibandingkan dengan istri Nabi SAW lainnya.

Mengapa Zainab? Menurut Aisyah dinukil dari hadits yang sama, karena Zainab bekerja dengan tangannya sendiri dan selalu bersedekah. Bahkan pada suatu riwayat yang dikeluarkan oleh ath-Thbarani dalam al-Ausath disebutkan bahwa Zainab radhiallhu 'anha merajut pakaian kemudian memberikannya kepada pasukan Nabi SAW. Para pasukan Nabi SAW menjahit serta memanfaatkannya pada saat peperangan.

Akhirnya para istri Nabi SAW pun mengetahui maksud Nabi SAW mengenai apa yang disebutnya dengan "panjang tangan", yakni suka bersedekah. Dan Zainab-lah ang dimaksud dalam hadits tersebut.

Wallahu'alam.
Oleh Diyah Kusumawardhani,
dimuat dalam Majalah Sabili edisi 23 tahun XVIII Agustus 2011

Sumber Artikel

Kisah Motivasi Pelajaran Nenek Penjual Sapu

Ibu dan teman saya tergoda membeli ayam goreng di depan pasar untuk sajian makan malam. Kebetulan hari mulai gelap. Di samping warung ayam goreng tersebut ada seorang nenek berpakaian lusuh bak pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas, sambil merangkul tiga ikat sapu ijuk. Keadaannya terlihat payah, lemah, dan tak berdaya. Setelah membayar ayam goreng, ibu teman saya bermaksud memberi Rp. 1000,- (tahun 2004) karena iba dan menganggap nenek tadi pengemis. Saat menyodorkan lembaran uang tadi, tidak diduga si nenek malah menunduk kecewa dan menggeleng pelan. Sekali lagi diberi uang, sekali lagi nenek itu menolak.Seorang teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu hari Minggu, saat dia dan keluarganya hendak pulang usai silaturahim bersama kerabat, mereka melewati Pasar Godean.

Penjual ayam goreng yang kebetulan melihat kejadian itu kemudian menjelaskan bahwa nenek itu bukanlah pengemis, melainkan penjual sapu ijuk. Paham akan maksud keberadaan sang nenek yang sebenarnya, ibu teman saya akhirnya memutuskan membeli tiga sapunya yang berharga Rp. 1.500,- per ikat. Meskipun ijuknya jarang-jarang dan tidak bagus, ikatannya pun longgar.



Menerima uang Rp. 5.000,- si nenek tampak ngedumel sendiri. Ternyata dia tidak punya uang kembalian/
"Ambil saja uang kembaliannya,", kata ibu teman saya. Namun, si nenek ngotot untuk mencari ang kembalian Rp. 500,-. Dia lalu bangkit dan dengan susah payah menukar uang di warung terdekat.

Ibu teman saya terpaku melihat polah sang nenek. Sesampainya di mbol, ia masih terus berpikir, bagaimana mungkin di zaman sekarang masih ada orang yang begitu jujur, mandiri, dan mempunyai harga diri yang begitu tinggi.
Ngomong-ngomong, Anda pernah bertemu dengan orang yang serupa dengan nenek penjual sapu ini? Boleh dibagi ceritanya untuk kita semua :)
Kisah oleh Rizky Taufan, di Kudus, sebagaimana yang termuat di Majalah Intisari Agustus 2004.

Sumber artikel

Kisah Inspiratif Waktu Berjalan Terus

Kisah Inspiratif  Waktu Berjalan Terus

Waktu Berjalan Terus

Toni dan Dedi telah lama menganggur. Bekerja tidak, bisnis pun tidak. Pekerjaan mereka sehari-hari hanya mengobrol di pos ronda sambil main catur. Saat mereka sedang asik main catur, tiba-tiba ada seorang perempuan cantik lewat.

Toni langsung melihat perempuan itu dengan penuh kekaguman,

“Wow, cantik bener…. ” sambil terus melihatnya.

“Eh, jangan melihat terus, dosa tuch…” kata Dedi.

“Astaghfirullah”, kata Toni sambil langsung memalingkan wajah ke papan catur.


“Ton, kamu harus cepat menikah tuch… Usia kamu kan sebentar lagi sudah kepala tiga.” kata Dedi.

“Iya yah… biar mata saya tidak jelalatan lagi. Banyak dosa nich…” katanya sambil tersenyum.

“Ahamdulilah, kamu sadar. Takut dosa.” kata Dedi sambil tersenyum juga.

“Kamu sendiri?”, kata Toni balik menyerang.

“Saya sendiri kan tidak jelalatan kayak kamu.” kata Dedi menimpali dengan cepat.

“Tapi tetap saja harus segera menikah, itu kan saran Rasulullah saw bagi pemuda seusia kita. Masa harus puasa terus, sementara usia semakin hari semakin tua.”

Kondisi menjadi hening… mereka kembali melihat papan catur. Permainan menjadi hampa dan tidak menarik lagi. Selain karena mereka main catur setiap hari, pikiran mereka melayang kemana-mana. Mereke mulai terusik dengan nasib mereka sendiri.

“Iya yah, kita harus segera menikah, itu kan setengah agama. Tapi, siapa yang mau kepada kita yang pengangguran ini.” kata Toni memecah keheningan.

Tapi Dedi tidak memberikan respon. Matanya terus tertuju ke papan catur. Sepertinya dia sedang memikirkan langkah selanjutnya untuk mengalahkan Toni. Tapi….

Dia tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya. Kemudian matanya dialihkan melihat jalanan yang ramai dengan lalu lalang kendaraan, orang berangkat kerja, dan pedagang. Tapi tatapannya kosong. Kemudian dia berkata,

“Waktu berjalan terus. Banyak yang harus kita lakukan, seperti menikah. Banyak yang kita inginkan, seperti mata pencaharian. Namun bagaimana semua itu bisa kita miliki jika kita tetap seperti ini? Kita tidak mungkin bisa mengubah nasib jika kita tidak bisa mengubah cara hidup kita.”

“Mungkin sudah nasib kita…” jawab Toni yang menyandarkan tubuhnya ke dinding pos ronda.

“Iya, ini memang nasib kita. Nasib yang kita bentuk dengan kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan selama ini. Bagaimana jika kebiasaan kita ubah? Dengan kebiasaan yang bermanfaat, produktif, atau menghasilkan uang?” kata Dedi.

“Iya… tapi apa?” sambil tetap bersandar.

“Saya juga belum tau.” jawab Dedi sambil membereskan papan catur. Sepertinya permainan catur sudah benar-benar tidak menarik lagi bagi mereka saat itu.

“Ah kamu…” ketus Toni.

“Untuk itulah kita cari tau.” jawab Dedi sambil melangkah pergi.

“Hei… mau kemana?” tanya Toni heran.

“Mau ke rumah paman saya, kali saja ada sesuatu yang bermanfaat yang bisa saya lakukan.” jawab Dedi sambil tetap melangkah.

“Saya juga mau, tunggu…” kata Toni sambil buru-buru menyusul temannya itu.

sumber artikel

Kisah Sukses Selalu Ada Jalan

Kisah Sukses Selalu Ada Jalan


selalu ada jalan
Saya suka dengan tema selalu ada jalan. Saya pernah menulis artikel tentang tema ini sebelumnya. Silahkan lihat dibawah. Pada kali ini saya akan cerita tentang sebuah studi kasus berkaitan dengan tema “selalu ada jalan”. Dari kisah pribadi.

Suatu saat, saya diultimatum oleh seseorang untuk mengembalikan uang investasinya dalam waktu 1 pekan (ceritanya panjang). Tidak terlalu besar, tetapi jumlahnya 2 kali lipat dari penghasilan bulanan saya. Bingung? Tentu saja, saya tidak memang uang sebesar itu. Tapi saya yakin dengan apa yang disebut “selalu ada jalan“.

Awalnya saya bingung. Saya berpikir keras untuk menemukan solusinya. Sampai saya teringat dengan apa yang saya tulis sendiri di eBook Beautiful Mind Power. Saya teringat tentang bagaimana cara kita berpikir sehingga kita bisa “mengalahkan ketidakmungkinan”. Selintas, adalah tidak mungkin mengembalikan uang sebesar itu, dengan bekerja keras saja, paling tidak memerlukan 2 bulan untuk membayarnya. Sementara harus ada dalam 1 pekan. Tapi saya yakin, selalu ada jalan.

Saya yakin selalu ada jalan


Pertama: saya hanya melihat ke depan. Jika saya melihat masa lalu, memang sebuah hal yang mustahil dan membuat pesimis. Masa lalu tidak mencerminkan masa depan. Jadi, saya melupakan masa lalu. Saya membersihkan pikiran saya dari kungkungan masa lalu. Saya hanya fokus bahwa saya bisa mendapatkan uang sebesar ini.

Kedua: saya serahkan semuanya kepada Allah. Dengan berdo’a dan berdzikir kalimat-kalimat penyerahan diri.

Ketiga: saya ikuti inspirasi yang muncul di pikiran saya. Saya yakin itu adalah pertolongan Allah. Saya ikuti, saya ambil tindakan dengan penuh determinasi.

Seminggu berlalu…. apakah saya berhasil? Alhamdulillah, meski tidak 100%, saya bisa menghasilkan uang melebihi penghasilan saya sebulan, dalam 1 pekan. Masih kurang memang, tetapi kekurangannya masih bisa dinegosiasikan. Alhamdulillah… selalu ada jalan.

Hikmah yang bisa petik: jangan pernah menyerah sebelum bertarung. Masa lalu kita, sama sekali tidak menggambarkan masa depan. Artinya, pencapaian kita di masa depan bisa melebihi apa yang pernah kita capai di masa lalu. Serahkan semua kepada Allah, take massive action untuk menjemput pertolongan Allah. Insya Allah, selalu ada jalan.

Cerita anak Islami Cerita Anak Dan Ayah Yang Mengharukan

Cerita anak Islami Cerita Anak Dan Ayah Yang Mengharukan 


 Ada seorang anak dan seorang ayah yang sehari-hari pekerjaannya memunguti sampah dari pasar yang kemudian di jual ke sebuah lapak yang jaraknya berdekatan dengan lokasi pasar. Suatu pagi sang ayah seperti biasanya bangun lebih dulu pukul 3 pagi untuk bergegas shalat Tahajjud. Sang ayah adalah seorang muslim yang taat, Walau penghasilannya tidak seberapa, namun sang ayah sangat rajin sekali bersedekah setiap pagi nya.

Sebelum sang ayah berangkat untuk memunguti sampah atau barang bekas yang bisa dijual kembali ke lapak, Si ayah masih sempat memberikan nasi bungkus yang sengaja ia belikan dan diberikan sebagai sedekah kepada kawan-kawan pemulungnya yang lain.

Walau hidup serba kekurangan, namun jiwa kedermawanan si ayah untuk menyedekahkan sebagian kecil dari harta yang mereka miliki, menjadikan anaknya ingin meniru apa yang ayahnya perbuat. Si anak dengan rajin pula membantu orang-orang yang punya toko di pasar untuk membersihkan atau sekedar merapihkan toko mereka sebelum mereka buka toko di pagi hari. Setelah itu si anak langsung berangkat ke sekolah.

Dari uang yang ia peroleh dari hasil membersihkan toko, atau mengangkut barang, si anak juga rajin menyisihkan uangnya untuk ia tabung demi sekolahnya dan ia sisihkan juga untuk bersedekah kepada orang-orang yang tidak mampu yang berada sangat dekat dengan lingkungannya.

Suatu ketika, si anak dan sang ayah pergi bekerja setelah melaksanakan ibadah shalat shubuh berjamaah di mesjid, hingga di perjalanan menuju pasar, si anak bertanya kepada sang ayah. "Ayah, apakah Allah melihat kita menyedekahkan uang yang kita miliki kepada orang yang tidak mampu?", kemudian si ayah menjawab "Betul nak, Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar. Allah Pasti melihat apa yang Hamba-hambaNya kerjakan di dunia ini. Jika kita berbuat kebaikan maka akan dibalas dengan pahala kebalikan, begitu juga sebaliknya." Ayahnya sangat senang anaknya bertanya demikian.

Lalu si anak kembali bertanya "Lalu kenapa Allah tidak memberikan pahala kebaikan itu di dunia?, kenapa kita terus menerus miskin ayah?". Si ayah berhenti  melangkah sejenak dan membungkuk, lalu menatap dengan tatapan bangga kepada si anak. "Nak, percayalah....jika kita berbuat kebaikan di dunia ini, maka Allah akan siapkan pahala bagi kita, dan Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kita kerjakan. Sesungguhnya amalan kita bisa saja dibalas di dunia, atau bisa saja Allah siapkan nanti di akhirat. Jadi janganlah kamu bersedih nak, teruslah berbuat kebaikan kepada sesama di dunia ini" jawab sang ayah dengan sangat arif dan bijaksana.

Si anak mendengar penjelasan sang ayah sangat bangga, bahwa ia memiliki seorang ayah yang sangat baik, berbudi luhur dan mengajarkan tentang kebaikan pada dirinya. Kelak jika ia dewasa, si anak bercita-cita ingin membahagiakan kedua orang tuanya ini.

Sesampainya di pasar, sang anak berpisah dengan ayahnya. Si anak pergi membantu menjaga toko dan mengangkat barang-barang. Sedangkan si ayah pergi berkeliling pasar untuk memunguti sampah ataupun menjadi kuli angkut pasar.

Hari bergeser menuju terik matahari. Jam pun menunjukkan di jam 12-an. Adzan zuhur berkumandang. Sang ayah yang sedari tadi beristirahat dan sudah bersih-bersih, bergegas menuju Masjid yang ada di dekat pasar tersebut.

Sambil berjalan di tepi jalan, tiba-tiba ada sebuah sedan eropah yang oleng jalannya dan berjalan cepat menuju trotoar. "Braaaak...!!, sedan itu menabrak sebuah pohon yang ada di tepi jalan. Orang-orang yang ada di sekitar pasar terkejut dan menghampiri sedan itu dan menolong orang yang berada di mobil tersebut.

Setelah mobil di tarik mundur, ternyata ada seorang paruh baya yang tergencet di bawah mobil tersebut, semua orang yang berkumpul di lokasi tersebut kaget bukan kepalang.
"Ada korban...ada korban..!, teriak salah satu warga. Ternyata korban mobil sedan itu, bukan saja orang yang ada di dalam mobil tersebut, Korban tersebut tak lain adalah ayah pemulung tadi yang sedang berjalan di trotoar menuju mesji untuk shalat.

Dengan segera warga segera membawanya ke rumah sakit. Tak lama ia dirawat dan mendapatkan pertolongan. Alhamdulillah Allah masih menolong ayah si anak ini. Namun sang anak yang belum tahu kalau ayahnya tertabrak mobil.

Setelah diberitahukan, iapun bergegas ke rumah sakit bersama ibunya. Di rumah sakit ia sangat terkejut dengan keadaan ayahnya yang luka parah. Ia yakin kalau ayahnya tidak bisa lagi bekerja untuk menafkahi keluarganya lagi.

Ia dan ibunya hanya pasrah, mereka menganggap ini cobaan dari Allah dan takdirNya. Seketika itu ayahnya sadar dan ia masih ingat bahwa ia belum menunaikan shalat Zuhur, Kemudian sang ayah meminta izin untuk bangun agar bisa shalat.

Sang dokter yang menangani ayah si pemulung ini, sangatlah takjub dan merasakan mukjizat yang terjadi di depannya. Walau si ayah ditabrak mobil dengan kecepatan tinggi, namun hanya lecet-lecet saja.
Setelah shalat zuhur, dokter menyarankan agar si ayah untuk beristirahat di rumah sakit, namun sang ayah menolak, ia bilang ia masih bisa berjalan, walau masih terasa sedikit sakit.

Tak lama kemudian datanglah sepasang orang tua menghampiri si ayah ini. "Assalamu'alaikum, perkenalkan kami orang tua supir yang tadi menabrak bapak, kami sekeluarga meminta maaf yang sebesar-besarnya, jika bapak memerlukan perawatan, biar kami yang tanggung biayanya". Si ayah tersenyum dan menjawab salam "Wa 'alaikum salam warrah matullahi wabarakatuh, Owwh..tidak apa-apa kok pak, saya masih bisa jalan, bagaimana dengan anak bapak?".

Sepasang orang tua tadi terheran-heran mendengar jawaban si ayah ini. "Alhamdulillah anak kami cuma lecet dan sedikit memar, Allah masih menyelamatkan anak kami, pak. Sebenarnya anak kami tadi terburu-buru untuk acara sidang skripsinya, semalam ia tidak tidur, mungkin ia ngantuk tadi, kami mohon maaf sekali pak, jika bapak tidak berkenan, kami persilahkan untuk menuntut kami".
Kembali sang ayah tersenyum. "Sudahlah pak, saya juga ga apa-apa kok, Syukur Alhamdulillah, Allah masih melindungi saya".

Pasangan orang tua tadi, akhirnya membayar biaya perawatan sementara ayah ini. Lalu keluarga si ayah pamit dan pulang meninggalkan rumah sakit.

Keesokan harinya si ayah bangun hendak melaksanakan shalat tahajjud, namun ia masih merasakan pegal dan ngilu di sekujur badannya, mungkin ini efek dari kecelakaan kemarin fikirnya. Setelah ba'da shubuh ia berniat untuk bekerja, namun ia tidak sanggup menggerakkan kakinya, akhirnya ia putuskan untuk tinggal di rumah untuk sementara waktu, tak lama si anak berpamitan untuk bekerja dan nanti langsung pergi ke sekolah.

Pagi semakin panas, jam menunjukkan pukul 8.00, si ayah bergegas mengerjakan shalat dhuha, Setelah shalat dhuha si ayah membaca beberapa ayat Al Quran, ketika sedang membaca, tiba-tiba "tok..tok..tok..Assalamualaikum..!" terdengar ketokan dari balik pintu rumahnya yang sangat sederhana itu.

"wa 'alaikum salam.." jawab si ayah. Kemudian si ibu membukakan pintu, ternyata yang datang adalah pasangan orang tua dari anak yang menabrak si ayah itu kemarin siang. Si ibu mempersilahkan masuk kepada pasangan orang tua itu.

Si ayah keluar dari kamar dengan sarung yang masih melilit dan kopiah yang masih terpakai.
"Maaf pak, kami mengganggu bapak. Maksud kedatangan kami kesini, selain meminta maaf, jua kami ingin mengajak bapak dan ibu, serta anak bapak untuk pergi umroh bersama kami, apa bapak dan ibu bersedia?".

Si ayah dan ibu sangat terkejut, kemudia dua-duanya mengucapkan syukur yang tak henti-hentinya atas permintaan sepasang orang tua ini.

Akhirnya si ayah pemulung ini bisa pergi umrah bersama keluarganya dan semua biaya umrah ditanggung oleh sepasang orang tua ini yang ternyata mereka punya usaha biro travel umroh terbesar di kota itu.

Kisah Inspirasi Berpikir Sebelum Bertindak

Kisah Inspirasi Berpikir Sebelum Bertindak


berpikir
Yanti sedang berjalan di sebuah lorong di kampus tempat dia kuliah. Saat itu suasana cukup rame karena bertepatan dengan jam masuk kelas. Tiba-tiba, ada yang menepuk dia dari belakang. Kontan saja, Yanti yang sedang melamun kaget bukan kepalang. Dia memalingkan tubuhnya untuk mencari siapa orang yang menepuk dirinya.


Saat dia membalikkan badan, ada seorang pria di belakangnya. Pria tersebut sedang menoleh ke arah lain. “Kurang ajar, tidak sopan nich cowok.” Pikir Yanti, sambil langsung menampar pria tersebut.

“Aduh, ada apa ini?” kata si pria yang kaget tiba-tiba mendapatkan serangan mendadak.

“Pura-pura bodoh lagi, emangnya saya cewek murahan?” teriak Yanti. Kontan saja teriakan itu menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

Sementara si pria bengong.

“Apa yang saya lakukan?” kata si pria.

“Masih belum ngaku, kamu? Bukannya minta maaf!” teriak Yanti tanpa memperdulikan orang-orang yang sudah mengerumuninya.

“Suer, saya nggak tau. Saya salah apa?” tanya si pria.

“Dimana ada maling ngaku.” kata yanti tetap dengan nada tinggi.

Salah seorang dari orang-orang yang melihat bertanya kepada Yanti, “Memang apa yang dia lakukan?”

“Tanya saja sama dia!” kata Yanti.

“Dia nggak mau ngaku, kamu aja yang bilang.” kata orang tadi.

“Dia mencolek saya, tapi dia tidak mau mengaku.” tanya Yanti dengan nada galak.

“Hah? Kapan?” tanya pria tadi terlihat kaget.

“Tuh kan, tidak mau ngaku!” kata Yanti sambil cemberut.

“OK, kalau memang saya mencolek kamu, siapa saksinya?” tanya si pria mulai membela diri.

Yanti melihat ke sekeliling mencari yang melihat kejadian tersebut, tetapi tidak seorang pun bicara. Yanti kesal karena tidak ada yang mendukungnya.

“Baiklah, kamu menang sekarang! Tapi awas, kamu jangan dekat-dekat saya lagi.”, ancam Yanti.

“Bagus sekali, karena saya juga tidak mau ditampar sama kamu.” kata si pria sambil langsung pergi.

Kerumunan orang pun bubar.

Keesokan harinya, Yanti bertemu dengan sahabatnya Susi.

“Yan, kemarin ribut-ribut apa?” tanya Susi.

“Saya tampar cowok karena dia mencolek saya.” jawab Yanti.

“Dimana?” lanjut Susi menyelidik.

“Itu di lorong dekat kelas, pas mau jam pelajaran. Dia menepuk pundak saya.” Yanti menjelaskan peristiwanya.

“Astaghfirullah….” kata Susi kaget dan terdiam sebentar dengan wajah merasa bersalah.

Melihat sahabatnya seperti itu, Yanti agak kaget.

“Kenapa Sus?” tanya Yanti.

“Sus…. yang menepuk kamu itu saya. Bukan cowok yang kamu tampar. Saya ngerjain kamu, saya tepuk kamu kemudian langsung sembunyi dan lari. Saya tidak tahu akan berakibat seperti itu.” jelas Susi dengan wajah takut.

Yanti pun terdiam.

Kisah Inspirasi Tidak Sempat

Kisah Inspirasi Tidak Sempat

1198056_bamboo

Masih malam, jam 1:00, disaat orang masih terlelap tidur, pak Usman sudah bengun dan langsung bersiap-siap untuk pergi. Segala perbekalan dibawa termasuk makanan, minuman, dan golok. Mau ke mana pak Usman? Pak Usman adalah seorang pedagang bambu yang rumahnya di sekitar hutan bambu yang terletak di atas sebuah gunung.

Setelah perbekalan siap, dia pun ke luar rumah sambil melirik anak dan istrinya yang sedang nyenyak tidur. Mungkin, dia ingin berpamitan tetapi kasihan melihat anak dan istrinya sedang tidur pulas. Dia pun berangkat dan mengunci pintu dari luar. Tentu, pak Usman punya kunci duplikat karena hampir setiap hari ke luar malam.

Dia pun menghampiri gerobak yang sudah terisi bambu. Ternyata temannya mang Dadan sudah menunggu disana.

“Yuk, kita berangkat.” kata pak Usman. Tanpa basa basi lagi mereka langsung mendorong gerobak menuruni jalan yang lumayan curam. Perjalanan pun ditempuh cukup lama. Mereka sesekali berhenti untuk beristirahat meminum kopi yang mereka bawa dengan botol bekas minuman air mineral.

Sampai di kota, mata hari pun sudah terbit. Sinar matahari yang sebenarnya belum terik, tetapi cukup untuk membuat tubuh Mang Dadan dan pak Usman basah kuyup karena keringat. Sesampainya di dekat pasar mereka pun berhenti dan berharap ada pembeli yang datang.

Sampai datang seorang pria setengah baya, dengan pakai ala haji (katanya) menghampiri mereka.

“Assalamu’alaikum…” kata bapak tersebut sambil tersenyum.

“Wa’alikum salam pak Haji.” Jawab pak Usman. Pak Usman manggil pak haji untuk tujuan menyenangkan calon pembelinya. Dia tidak tahu apakah orang ini sudah berhaji atau belum. Tapi dia tidak peduli, yang penting bapak ini senang dan membeli bambunya.

“Perlu bambu pak Haji?” tanya mang Dadan tidak kalah sopan.

“Betul, Mushola di tempat saya mau diperbaiki dan perlu bambu untuk stagger dan untuk reng.” kata orang yang yang dipanggil pak Haji. OK dech, kita sebut saja pak Haji.

“Kebetulan pak Haji, saya bawa bambu bagus. Baru datang, saya baru menebangnya kemarin. Silahkan dilihat.” kata pak Usman.

“Oh, baru datang yah? Memang bapak-bapak berangkat jam berapa dari rumah?” tanya pak Haji.

“Sekitar jam satu atau setengah dua, pak Haji.” jawab mang Dadan.

“Mmm. Ngomong-ngomong, bapak-bapak shalat shubuh dimana?” tanya pak Haji.

Mereka terkejut dengan pertanyaan ini, sebab mereka tidak shalat shubuh. Mereka malu, tetapi mereka tidak berani bohong.

“He he, tidak sempat pak Haji. Saya takut terlambat dan didahului oleh orang lain.” jawab pak Usman malu-malu.

Pak Haji pun tersenyum. “Mulai besok, bagaimana jika berangkat lebih malam, jadi begitu waktu subuh, bapak-bapak bisa menyempatkan diri untuk shalat sambil beristirahat.”

“Baik pak Haji.” jawab mereka serempak sambil tersenyum malu-malu. “Oh ya, mau beli semua pak Haji?”

“Oh iya, hampir lupa. Berapa semuanya?” tanya pak Haji. Setelah sepakat harga, mereka pun langsung mendorong gerobak menuju Mushala yang sedang direnovasi.

Senin, 26 September 2016

Kisah Pendekar Sebesar Apel

 Kisah Pendekar Sebesar Apel

Alkisah, pada zaman dahulu, ada manusia mini yang hidup di negeri Jepang. Issumboshi nama manusia mini itu. Tubuhnya begitu kecil, hanya sebesar apel. Hal itu sering kali membuatnya rendah diri.

"Oh, kenapa tubuhku kecil begini?" keluh Issumboshi, sedih. "Aku jadi tidak bisa bekerja dengan baik, serta sulit mengerjakan hal-hal yang biasa dikerjakan oleh orang lain."
"Tidak perlu bersedih seperti itu, Nak," hibur kakek Issumboshi. "Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kau memang kecil, dan itu adalah kekuranganmu. Tapi, kau juga punya kelebihan, yakni cerdas dan pemberani. Bukankah begitu?"

Issumboshi tidak berkata apa-apa. Ia hanya mengangguk-angguk mengiyakan ucapan kakek, namun masih dengan raut wajah yang sedih. Sang kakek tersenyum. Ia memahami kesedihan cucunya itu.
Ia menepuk pundak Issumboshi, lalu berkata, "Dari pada bersedih terus, bagaimana kalau kau pergi ke kota saja selama beberapa bulan? Di sana kau bisa mempelajari ilmu pedang di perguruan kerajaan. Nanti kau bisa menjadi pendekar yang hebat."

Seketika hilang gurat kesedihan di wajah Issumboshi setelah mendengar usulan kakek. Ia sangat tertarik dengan ide itu.

"Aku mau, Kek! Aku akan latihan dengan rajin sehingga bisa menjadi pendekar yang hebat!" seru Issumboshi dengan mata berbinar-binar.



Dengan restu dari ayah dan ibunya, akhirnya berangkatlah Issumboshi ke kota. Sebagai bekal di perjalanan, sang kakek memberikannya sebuah mangkuk kayu untuk dipakai sebagai perahu. Ayah dan ibunya juga tidak lupa memberikan bekal. Sang ayah memberi sebuah jarum untuk digunakan sebagai pedang, sedangkan sang ibu memberi dua padi panjang untuk digunakan sebagai dayung.

"Semuanya, aku pergi dulu, ya," pamit Issumboshi setelah memeluk kakek, ayah, dan ibunya satu per satu. Ia berangkat dengan langkah yang mantap. Hendak menyongsong harapan baru untuk menjadi pendekar pedang yang tangguh di negeri itu.

"Hati-hati di jalan, Nak!" seru mereka sambil melambaikan tangan. Mereka berdoa agar Issumboshi selamat sampai tujuan, dan bisa menjalani kegiatannya dengan lancar selama di perantauan.
Dalam perjalanan itu, Issumboshi melewati desa yang porak-poranda. Rupanya ada raksasa jahat yang sedang berdiam di desa itu dan merusak apa pun sesuka hatinya. Issumboshi tak sampai hati membiarkan kekacauan itu. Ia bertekad untuk melawan sang raksasa demi menyelamatkan warga desa.

Issumboshi bergegas mendatangi sang raksasa. Ia langsung menyerangnya dengan cara menancapkan senjatanya berupa jarum berkali-kali ke tubuh raksasa itu. Ia betul-betul manusia mini yang pemberani. Gerakannya begitu lincah saat menyerang si raksasa. Karena tubuh Issumboshi begitu kecil, si raksasa tidak bisa melihatnya. Ia hanya bisa mengaduh kesakitan tanpa tahu siapa yang menyerangnya.

Issumboshi terus menyerang si raksasa secara bertubi-tubi. Beberapa lama kemudian, raksasa itu pun roboh dan tidak bisa bangkit lagi. Sontak masyarakat bersorak-sorai kegirangan.
"Horeee! Raksasa sudah mati! Kita sudah aman!" seru warga desa.

Mereka begitu riang gembira. Mereka mengelu-elukan Issumboshi sebagai pahlawan. Mereka sangat menghormati Issumboshi, meskipun tubuh Issumboshi begitu kecil. Selanjutnya Issumboshi pun dikenal sebagai pendekar sebesar apel.

Purbasari Yang Berhati Mulia Dan Purbararang Yang Dengki

Purbasari Yang Berhati Mulia Dan Purbararang Yang Dengki

Di tanah Pasundan (Jawa Barat), hidup seorang raja bernama Prabu Tapa Agung. Sang raja mempunyai dua orang putri bernama Purbararang dan adiknya, Purbasari. Suatu hari, raja memutuskan untuk menunjuk Purbasari menjadi ratu.

Keputusan itu membuat Purbararang marah. "Aku kan putri sulung, seharusnya ayah memilihku sebagai ratu," gerutu Purbararang.

Muncul rasa dengki dalam hati Purbararang. la berniat mencelakakan purbasari. la pun pergi menemui seorang penyihir. Penyihir itu memantrai Purbasari sehingga wajah dan sekujur tubuhnya memiliki bintik-bintik hitam.

"Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas jadi ratu!" ujar Purbararang kepada ayahnya. Raja akhirnya terpaksa mengusir Purbasari dari istana ke dalam hutan belantara.

Selama hidup di hutan, Purbasari berteman dengan hewan. Di antara hewan tersebut, ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Purbasari menamai kera itu, Lutung Kasarung.

Lutung Kasarung dengan setia menghibur Purbasari setiap hari. la mengambilkan bunga-bunga yang indah dan buah-buahan yang Iezat untuk Purbasari.

Suatu malam saat bulan purnama, Lutung Kasarung menyuruh Purbasari untuk mandi di telaga. Purbasari menuruti perintah Lutung Kasarung. Saat ia mandi, sesuatu terjadi. Kulitnya menjadi bersih seperti semula. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika berkaca melihat dirinya di telaga.
Sementara itu di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat kondisi adiknya di hutan bersama para pengawal. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang pun marah.

la berkata dengan sombong, "Kutukanmu memang telah punah. Tapi, seorang ratu harus mempunyai suami yang tampan. Calon suamiku sangat tampan. Mana calon suamimu?"

Purbasari kebingungan. Akhirnya, ia menarik tangan Lutung Kasarung. Purbararang tertawa terbahak-bahak, "Jadi, monyet itu tunanganmu? Mana ada ratu punya suami seekor monyet?"
Pada saat itu juga, Lutung Kasarung bersemedi. Tiba-tiba, terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang pangeran yang berwajah sangat tampan.

Semua terkejut melihat kejadian itu. Purbararang akhirnya mengakui kesalahannya selama ini. la memohon maaf kepada adiknya dan memohon agar tidak dihukum.

Purbasari yang baik hati memaafkan kakaknya. Setelah kejadian itu, mereka semua kembali ke istana. Purbasari menjadi seorang ratu yang didampingi oleh seorang pangeran tampan.
Pesan Moral dari Cerpen Rakyat Nusantara adalah jadilah anak yang baik hati. Anak yang baik hati selalu dilindungi oleh Tuhan dan doa-doanya akan selalu dikabulkan. Jangan jadi anak yang dengki dan suka mencelakai orang lain. Sebab, Tuhan benci anak yang dengki.

Asal Usul Nama Kota Bandung Jawa Barat

Asal Usul Nama Kota Bandung Jawa Barat

Bandung adalah ibukota Provinsi Jawa Barat. Mengapa dinamakan kota Bandung? Ada beberapa pendapat mengenai asal usul nama tersebut.

Nama Bandung berasal dari kata “bendung" atau "bendungan". Dahulu kala, Sungai Citarum terbendung oleh lava yang berasal dari Gunung Tangkuban Perahu. Akibatnya, daerah antara Padalarang hingga Cicalengka (± 30 kilometer) dan daerah antara Gunung Tangkuban Parahu hingga Soreang (± 50 kilometer) terendam air dan menjadi sebuah telaga besar yang kemudian dikenal dengan sebutan "Danau Bandung" atau "Danau Bandung Purba".

Menurut penelitian, Danau Bandung lama-kelamaan surut. Di bekas daerah danau tersebut, berdirilah pemerintahan kabupaten Bandung. Jadi, secara historis asal-muasal nama Bandung itu berasal dari Danau Bandung.

Pendapat lain mengatakan bahwa kata Bandung berasal dari nama sebuah kendaraan air yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II. Kendaraan tersebut terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung. Saat itu, R.A. Wiranatakusumah II melayari Citarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.

KISAH WALISONGO SUNAN AMPEL

1.       Asal usul SUNAN AMPEL
Tahukah anda dengan daerah Bukhara? Bukhara terletak di Samarqand. Sejak dahulu daerah Samarqand dikenal sebagai daerah Islam yang melahirkan ulama-ulama besar seperti Imam Bukhari yang mashur sebagai pewaris hadist shahih.
Disamarqand ini ada seorang ulama besar bernama Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra, seorang Ahlussunnah bermazhab syafi’I, beliau mempunyai seorang putera bernama Ibrahim, dan karena berasal dari samarqand maka Ibrahim kemudian mendapatkan tambahan nama Samarqandi. Orang jawa sukar menyebutkan Samarqandi maka mereka hanya menyebutnya sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi.
Syekh Ibrahim Asmarakandi ini diperintah oleh ayahnya yaitu Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra untuk berdakwah ke negara-negara Asia. Perintah inilah yang dilaksanakan dan kemudian beliau diambil menantu oleh Raja Cempa, dijodohkan dengan puteri Raja Cempa yang bernama Dewi Candrawulan.
Negeri Cempa ini menurut sebagian ahli sejarah terletak di Muangthai. Dari perkawinan dengan Dewi Candrawulan maka Syekh Ibrahim Asmarakandi mendapat dua orang putera yaitu Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid Ali Murtadho. Sedangkan adik Dewi Candrawulan yang bernama Dewi Dwarawati diperisteri oleh Prabu Brawijaya Majapahit. Dengan demikian keduanya adalah keponakan Ratu Majapahit dan tergolong putera bangsawan atau pangeran kerajaan. Para pangeran atau bangsawan kerajaan pada waktu itu mendapat gelar Rahadian yang artinya Tuanku, dalam proses selanjutnya sebutan ini cukup dipersingkat dengan Raden.
Raja Majapahit sangat senang mendapat isteri dari negeri Cempa yang wajahnya dan kepribadiannya sangat memikat hati. Sehingga  isteri-osteri  yang lainnya diceraikan, banyak yang diberikan kepada para adipatinya yang tersebar di seluruh Nusantara. Salah satu contoh adalah isteri yang bernama Dewi Kian, seorang puteri Cina yang diberikan kepada Adipati Ario Damar di Palembang.
Ketika Dewi Kian diceraikan dan diberikan kepada Ario Damar saat itu sedang hamil tiga bulan. Ario Damar menggauli puteri Cina itu sampai si jabang bayi terlahir kedunia. Bayi yang lahir dari Dewi Kian itulah yang nantunya bernama Raden Hasan atau lebih dikenal dengan nama “ Raden Patah “,  salah satu seorang daru murid Sunan Ampel yang menjadi Raja di Demak Bintoro.
Kerajaan Majapahit sesudah ditinggal Mahapatih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk mengalami kemunduran Drastis. Kerajaan terpecah belah karena terjadinya perang saudara. Dan para adipati banyak yang tidak loyal dengan keturunan Prabu Hayam Wuruk yaitu Prabu Brawijaya Kertabumi.

Pajak dan upeti kerajaan tidak ada yang sampai ke istana Majapahit. Lebih sering dinikmati oleh para adipati itu sendiri. Hal ini membuat sang Prabu bersedih hati. Lebih-lebih lagi dengan adanya kebiasaan buruk kaum bangsawan dan para pangeran yang suka berpesta pra dan main judi serta mabuk-mabukan. Prabu Brawijaya sadar betul bila kebiasaan semacam ini diteruskan negara/kerjaan akan menjadi lemah dan jika kerajaan sudah kehilangan kekuasaan betapa mudahnya bagi musuh untuk menghancurkan Majapahit Raya.

Ratu Dwarawati, yaitu isteri Prabu Brawijaya mengetahui kerisauan hati suaminya. Dengan memberanikan diri dia mengajukan pendapat kepada suaminya. Saya mempunyai seorang keponakan yang ahli mendidik dalam hal mengatasi kemerosotan budi pekerti, kata Ratu Dwarawati.
Betulkah? Tanya sang Prabu . Ya, namanya Sayyid Ali Rahmatullah, putera dari kanda Dewi Candrawulan di negeri Cempa. Bila kanda berkenan saya akan meminta Ramanda Prabu di Cempa untuk mendatangkan Ali Rahmatullah ke Majapahit ini.
Tentu saja aku merasa senang bila Rama Prabu di Cempa Berkenan mengirimkan Sayyid Ali Rahmatullah ini kata Prabu Brawijaya.

2.       Ketanah Jawa

Maka pada suatu ketika diberangkatkanlah utusan dari Majapahit ke negeri Cempa untuk meminta Sayyid Ali Rahmatullah datang ke Majapahit. Kedatangan utusan tersebut disambut gembira oleh Raja Cempa, dan Raja Cempa bersedia mengirim cucunya ke Majapahit untuk meluaskan pengalaman.

Keberangkatan Sayyid Ali Rahmatullah  ke tanah Jawa tidak sendirian. Ia ditemani oleh ayah dan kakaknya. Sebagaimana disebutkan diatas, ayah Sayyid Ali Rahmatullah adalah Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi dan kakaknya bernama Sayyid Ali Murtadho. Diduga tidak langsung ke Majapahit, melainkan terlebih dahulu ke Tuban. Di Tuban tepatnya di desa Gesikharjo, Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi jatuh sakit dan meninggak dunia, beliau dimakamkan di desa tersebut yang masih termasuk kecamatan Palang Kabupaten Tuban.

Sayyid Murtadho kemudian meneruskan perjalanan, beliau berdakwah keliling daerah Nusa Tenggara, Madura dan sampai ke Bima. Disana beliau mendapat sebutan raja Pandita Bima, dan akhirnya berdakwah di Gresik mendapat sebutan Raden Santri, beliau wafat dan dimakamkan di Gresik, Sayyid Ali Rahmatullah meneruskan perjalanan ke Majapahit menghadap Prabu Brawijaya sesuai permintaan Ratu Dwarawati.
Kapal layar yang ditumpanginya mendarat dipelabuhan Canggu. Kedatangannya disambut dengan suka cita oleh Prabu Brawijaya. Ratu Dwarawati bibinya sendiri memeluknya erat-erat seolah-olah sedang memeluk kakak perempuannya yang di negeri Cempa. Karena wajah Sayyid Ali Rahmatullah memang sangat mirip dengan kakak perempuannya.
Nanda Rahmatullah, bersediakah engkau memberikan pelajaran atau mendidik kaum bangsawan dan rakyat Majapahit agar mempunyai budi pekerti mulia!! Tanya sang Prabu kepada Sayyid Ali Rahmatullah setelah beristirahat melepas lelah. Dengan sikapnya yang sopan santun tutur kata yang halus Sayyid Ali Rahmatullah menjawab. Dengan senang hati Gusti Prabu, saya akan berusaha sekuat-kuatnya untuk mencurahkan kemampuan saya mendidik mereka.
Bagus! Sahut sang Prabu. “Bila demikian kau akan kuberi hadiah sebidang tanah berikut bangunannya di Surabaya. Disanalah kau akan mendidik para bangsawan dan pangeran Majapahit agar berbudi pekerti mulia.”

“Terima kasih saya haturkan Gusti Prabu”, Jawab Sayyid Ali Rahmatullah. Disebutkan dalam literatur bahwa selanjutnya Sayyid Ali Rahmatullah menetap beberapa hari di istana Majapahit dan dijodohkan dengan salah satu puteri Majapahit yang bernama Dewi Candrowati atau Nyai Ageng Manila. Dengan demikian Sayyid Ali Rahmtullah adalah salah seorang Pangeran Majapahit, karena dia adalah menantu Raja Majapahit.

Semenjak Sayyid Ali Rahmatullah diambil menantu Raja Brawijaya maka beliau adalah anggota keluarga kerajaan Majapahit atau salah seorang pangeran, para pangeran pada jaman dahulu ditandai dengan nama depan Rahadian atau Raden yang berati Tuanku. Selanjutnya beliau lebih dikenal dengan sebutan Raden Rahmat.


3.       Ampeldenta


Selanjutnya, pada hari yang telah ditentukan berangkatlah rombongan Raden Rahmat ke sebuah daerah di Surabaya yang kemudian disebut dengan Ampeldenta.

Rombongan itu melalui desa Krian, Wonokromo terus memasuki Kembangkuning. Selama dalam perjalanan beliau juga berdakwah kepada penduduk setempat yang dilaluinya. Dakwah yang pertama kali dilakukannya cukup unik. Beliau membuat kerajinan berbentuk kipas yang terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan tertentu dan anyaman rotan. Kipas-kipas ini dibagikan kepada penduduk setempat secara gratis. Para penduduk hanya cukup menukarkannya dengan kalimah syahadat.

Penduduk yang menerima kipas itu merasa sangat senang. Terlebih setelah mereka mengetahui kipas itu bukan sembarang kipas, akar yang dianyam bersama rotan itu ternyata berdaya penyembuh bagi mereka yang terkena penyakit batuk dan demam. Dengan cara itu semakin banyak orang yang berdatangan kepada Raden Rahmat. Pada saat demikianlah ia memperkenalkan keindahan agama Islam sesuai tingkat pemahaman mereka.

Cara itu terus dilakukan sehingga rombongan memasuki desa kembang kuning. Pada saat itu kawasan desa kembang kuning belum seluas sekarang ini. Disana sini masih banyak hutan dan digenangi air atau rawa-rawa. Dengan karomahnya Raden Rahmat bersama rombongan membuka hutan dan mendirikan tempat sembahyang sederhana atau langgar. Tempat sembahyang itu sekarang dirubah menjadi mesjid yang cukup besar dan bagus dinamakan sesuai dengan nama Raden Rahmat yaitu Mesjid Rahmat Kembang Kuning.

Ditempat itu pula Raden Rahmat bertemu dan berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning. Kedua tokoh masyarakat itu bersama keluarganya masuk Islam dan menjadi pengikut Raden Rahmat.

Dengan adanya kedua tokoh masyarakat itu maka semakin mudah bagi Raden Rahmat untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat sekitarnya. Terutama kepada masyarakat yang masih memegang teguh adat kepercayaan lama. Beliau tidak langsung melarang mereka, melainkan memberikan pengertian sedikit demi sedikit tentang pentingnya ajaran ketauhidan. Jika mereka sudah mengenal tauhid atau keimanan kepada Tuhan Pencipta Alam, maka secara otomatis mereka akan meninggalkan sendiri kepecayaan lama yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Setelah sampai ditempat tujuan, pertama kali yang dilakukannya adalah membangun mesjid sebagai pusat kegiatan ibadah. Ini meneladani apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat pertama kali sampai di Madinah.

Dan karena menetap di desa Ampeldenta, menjadi penguasa daerah tersebut maka kemudian beliau dikenal sebagai Sunan Ampel. Sunan berasal dari kata Susuhunan yang artinya yang dijunjung tinggi atau panutan masyarakat setempat. Ada juga yang mengatakan Sunan berasal dari kata Suhu Nan artinya Guru Besar atau orang yang berilmu tinggi.

Selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat mendidik putra bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau datang berguru kepada beliau.

4.       Ajarannya yang terkenal


Hasil didikan mereka yang terkenal adalah falsafah Moh Limo atau tidak mau melakukan lima hal tercela yaitu :
1.       Moh Main atau tidak mau berjudi
2.       Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan
3.       Moh Maling atau tidak mau mencuri
4.       Moh Madat atau tidak mau mengisap candu, ganja dan lain-lain.
5.       Moh Madon atau tidak mau berzinah/main perempuan yang bukan isterinya.

Prabu Brawijaya sangat senang atas hasil didikan Raden Rahmat. Raja menganggap agama Islam itu adalah ajaran budi pekerti yang mulia, maka ketika Raden Rahmat kemudian mengumumkan ajarannya adalah agama Islam maka Prabu Brawijaya tidak marah, hanya saja ketika dia diajak untuk memeluk agama Islam ia tidak mau. Ia ingin menjadi raja Budha yang terakhir di Majapahit.

Raden Rahmat diperbolehkan menyiarkan agama Islam di wilayah Surabaya bahkan diseluruh wilayah Majapahit, dengan catatan bahwa rakyat tidak boleh dipaksa, Raden Rahmat pun memberi penjelasan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.

5.       Sesepuh Wali Songo


Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat, maka Sunan Ampel diangkat sebagai sesepuh Wali Songo, sebagai Mufti atau pemimpin agama Islam se-Tanah Jawa. Beberapa murid dan putera Sunan Ampel sendiri menjadi anggota Wali Songo, mereka adalah Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kota atau Raden Patah, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati.

Raden Patah atau Sunan Kota memang pernah menjadi anggota Wali Songo menggantikan kedudukan salah seorang wali yang meninggal dunia. Dengan diangkatnya Sunan Ampel sebagai sesepuh maka para wali lain tunduk patuh kepada kata-katanya. Termasuk fatwa beliau dalam memutuskan peperangan dengan pihak Majapahit.

Para wali yang lebih muda menginginkan agar tahta Majapahit direbut dalam tempo secepat-cepatnya. Tetapi Sunan Ampel berpendapat bahwa masalah tahta Majapahit tidak perlu diserang secara langsung, karena kerajaan besar itu sesungguhnya sudah keropos dari dalam, tak usah diserang oleh Demak Bintoro sebenarnya Majapahit akan segera runtuh. Para wali yang lebih muda menganggap Sunan Ampel terlalu lamban dalam memberikan nasehat kepada Raden Patah.

“Mengapa Ramanda berpendapat demikian?” tanya Raden Patah yang juga adalah menantunya sendiri. “Krena aku tidak ingin di kemudian hari ada orang menuduh Raja Demak Bintoro yang masih putera Raja Majapahit Prabu Kertabumi telah berlaku durhaka, yaitu berani menyerang ayahandanya sendiri”. Jawab Sunan Ampel dengan tenang.

“Lalu apa yang harus saya lakukan?”
“Kau harus sabar menunggu sembari menyusun kekuatan”, ujar Sunan Ampel. “Tak lama lagi Majapahit akan runtuh dari dalam, diserang Adipati lain. Pada saat itulah kau berhak merebut hak warismu selaku putera Prabu Kertabumi”.

“Majapahit diserang adipati lain? Apakah saya tidak berkwajiban membelanya?”
“Inilah ketentuan Tuhan”,sahut Sunan Ampel. Waktu kejadiannya masih dirahasiakan. Aku sendiri tidak tahu persis kapankah persitiwa itu akan berlangsung. Yang jelas bukan kau adipati yang menyerang Majapahit itu. Sunan Ampel adalah penasehat Politik Demak Bintoro sekaligus merangkap Pemimpin Wali Songo atau Mufti Agama se-Tanah Jawa. Maka fatwa nya dipatuhi semua orang.

Kekhawatiran Sunan Ampel pun terbukti. Dikemudian hari ternyata orang-orang pembenci Islam memutar balikkan fakta sejarah, mereka menuliskan bahwa Majapahit jatuh diserang oleh kerajaan Demak Bintoro yang rajanya adalah putera raja Majaphit sendiri. Dengan demikian Raden Patah dianggap sebagai anak durhaka. Ini dapat anda lihat didalam serat darmo gandul maupun sejarah yang ditulis sarjana kristen pembenci Islam.

Raden Patah dan para wali lainnya akhirnya tunduk patuh pada fatwa Sunan Ampel. Tibalah saatnya Sunan Ampel Wafat pada tahun 1478 M. Sunan Kalijaga diangkat sebagai penasehat bagian politik Demak, Sunan Giri diangkat sebagai pengganti Sunan Ampel sebagai Mufti, pemimpin para wali dan pemimpn agama se-Tanah Jawa.setelah Sunan Giri diangkat sebagai Mufti sikapnya terhadap Majapahit sekarang berubah. Ia mneyetujui aliran tuban untuk memberi fatwa kepada Raden Patah agar menyerang Majapahit.

Mengapa Sunan Giri bersikap demikian?
Karena pada tahun 1478 kerjaan Majapahit diserang oleh Prabu Rana Wijaya atau Girindrawardhana dari kadipaten kediri atau keling. Dengan demikian sudah tepatlah jika Sunan Giri meneyetujui penyerangan Demak atas Majapahit. Sebab pewaris sah tahta kerajaan Majapahit adalah Raden Patah selaku putera Raja Majapahit yang terakhir.

Demak kemudian bersiap-siap menyusun kekuatan. Namun belum lagi serangan dilancarkan. Prabu Wijaya keburu tewas diserang oleh Prabu Udara pada tahun 1498.

Pada tahun 1512, Prabu Udara selaku Raja Majapahit merasa terancam kedudukannya karena melihat kedudukan Demak yang didukung Giri Kedaton semakin kuat dan mapan. Prabu udara kuatir jika terjadi peperangan akan menderita kekalahan, maka dia minta bekerjasama dan minta bantuan Portugis di Malaka. Padahal putera mahkota Demak yaitu Pati Unus pada tahun1511 telah menyerang Protugis.

Sejarah telah mencatat bahwa Prabu Udara telah mengirim utusan ke Malaka untu menemui Alfinso d’Albuquerque untuk menyerahkan hadiah berupa 20 genta (ggamelan), sepotong kain panjang bernama “Beirami” tenunan kambayat, 13 batang lembing yang ujungnya berbesi dan sebagainya. Maka tidak salah jika pada tahun 1517 Demak menyerang Prabu Udara yang merampas tahta majapahit secara sah. Dengan demikian jatuhlah Majapahit ke tangan Demak. Seandainya Demak tidak segera menyerang Majapahit tentunya bangsa Portugis akan menjajah Tanah Jawa jauh lebih cepat daripada Bangsa Belanda. Setelah Majapahit jatuh pusaka kerajaan diboyong ke Demak Bintoro. Termasuk mahkota rajanya. Raden Patah diangkat sebagai raja Demak yang pertama.
Sunan Ampel juga turut membantu mendirikan Mesjid Agung Demak yang didirikan pada tahun 1477 M. Salah satu diantara empat tiang utama mesjid Demak hingga sekarang masih diberi nama sesuai dengan yang membuatnya yaitu Sunan Ampel.

Beliau pula yang pertama kali menciptakan huruf pegon atau tulisan arab berbunyi bahasa Jawa. Dengan huruf pegin ini beliau dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya. Hingga sekarang huruf pegon tetap diapaki sebagai bahan pelajaran agama Islam dikalangan pesantren.

6.       Penyelamat Aqidah


Sikap Sunan Ampel terhadap adat istiadat lama sangat hati-hati, hal ini didukung pleh Sunan Giri dan Sunan Drajad. Seperti yang pernah tersebut dalam permusyawaratan para wali di mesjid Agung Demak. Pada waktu itu Sunan Kalijaga Mengusulkan agar adat istiadat Jawa seperti selamatan, bersaji, kesenian wayang dan gamelan dimasuki rasa keislaman. Mendengar pendapat Sunan Kalijaga tersebut bertanyalah Sunan Ampel. “Apakah tidak mengkhawatirkan dikemudian hari bahwa adat istiadat dan upacara lama itu nanti dianggap sebagai ajaran yang berasal dari agama Islam, jika hal ini dibiarkan nantinya akan menjadi bid’ah?”

Dalam musyawarah itu Sunan Kudus menjawab pertanyaan Sunan Ampel, “Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga, bahwa adat istiadat lama yang masih bisa diarahkan kepada ajaran Tauhid kita akan memberinya warna Islami. Sedang adat dan kepercayaan lama yang jelas-jelas menjurus kearah kemusyrikan kita tinggal sama sekali. Sebagai misal, gamelan dan wayang kulit kita bisa memberinya warna Islam sesuai dengan selera masyarakat. Adapun tentang kekhawatiran kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai keyakinan bahwa dibelakang hari akan ada orang yang menyempurnakannya.

Adanya dua pendapat yang seakan bertentangan tersebut sebenarnya mengandung hikmah. Pendapat Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus ada benarnya yaitu agar agama Islam cepat diterima oleh orang jawa, dan hal ini terbukti, dikarekan dua wali tersebut pandai mengawinkan adat istiadat lama yang dapat ditolerir Islam maka penduduk jawa banyak yang berbondong-bondong masuk agama Islam.
Sebaliknya, adanya pendapat Sunan Ampel yang menginginkan Islam harus disiarkan dengan murni dan konsekuen juga mengandung hikmah kebenaran yang hakiki, sehingga membuat umat semakin berhati-hati menjalankan syariat agama secara benar dan bersih dari segala macam bid’ah. Inilah jasa Sunan Ampel yang sangat besar, dengan peringatan inilah beliau telah menyelamatkan aqidah umat agar tidak tergelincir kelembah kemusyrikan.
Sunan Ampel wafat pada tahun 1478 M, beliau dimakamkan di sebelah Barat Mesjid Ampel.

7.       Murid-murid Sunan Ampel


Sebagaimana disebutkan dimuka murid-murid Sunan Ampel itu banyak sekali, baik dari kalangan bangsawan dan para pangeran Majapahit maupun dari kalangan rakyat jelata. Bahkan beberapa anggota Wali Songo adalah murid-murid beliau sendiri.

Kali ini kita tampilkan kisah dua orang murid Sunan Ampel yang makamnya tak jauh dari lokasi Sunan Ampel dimakamkan yaitu :

Kisah Mbah Soleh


Mbah Soleh adalah salah satu dari sekian banyak murid Sunan Ampel yang mempunyai karomah atau keistimewaan luar biasa.

Adalah sebuah keajaiban yang tak ada duanya, ada seorang manusia dikubur hingga sembilan kali. Ini bukan cerita buatan melainkan ada buktinya. Disebelah timur mesjid Agung Sunan Ampel ada sembilan kuburan. Itu bukan kuburan sembilan orang tapi hanya kuburan satu orang yaitu murid Sunan Ampel yang bernama Mbah Soleh.

Kisahnya demikian, Mbah Soleh adalah seorang tukang sapu mesjid Ampel dimasa hidupnya Sunan Ampel. Apabila menyapu lantai sangatlah bersih sekali sehingga orang yang sujud di mesjid tanpa sajadah tidak merasa ada debunya.

Ketika Mbah Soleh wafat beliau dikubur didepan mesjid. Ternyata tidak ada santri yang sanggup mengerjakan pekerjaan Mbah Soleh yaitu menyapu lantai mesjid dengan bersih sekali. Maka sejak ditinggal Mbah Soleh mesjid itu lantainya menjadi kotor....

Dongeng dua tikus yang bersahabat

Tikus Hitam dan Tikus Putih sudah bersahabat sejak keciI.Tapi, kehidupan mereka sangat berbeda.Tikus Putih hidup mewah, karena ia menumpang ...